DPR Ingatkan Jokowi, Bahaya Krisis Ekonomi 1998 Akan Terjadi

Nilai tukar Rupiah
Sumber :
  • ANTARA/Zabur Karuru

VIVA.co.id - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengingatkan pemerintahan Presiden Joko Widodo akan ancaman krisis ekonomi baru, seperti tahun 1998. Mengingat yang fluktuatif dan cenderung melemah.

Berdasarkan pantauan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, Kamis kemarin, rupiah sempat ke level 13.022 per dolar AS. Hari ini, Jumat 6 Maret 2015, rupiah berhasil naik tipis 39 poin atau 0,29 persen dengan menembus level 12.983 per dolar AS.

Wakil Ketua DPR, Taufik Kurniawan, mengatakan pemerintah terutama Bank Indonesia (BI), perlu mencermati pergerakan rupiah seperti ini.

"Perlu ada kewaspadaan dari kita semua, jangan sampai itu menjadi hal yang bisa menimbulkan krisis ekonomi yang baru," kata Taufik, di Gedung DPR, Jakarta.

Selain itu, dia menyarankan agar menteri keuangan dan menteri koordinator perekonomian, perlu mencermati fluktuasi nilai rupiah yang trennya terus menurun.

Menurut Taufik, pergerakan rupiah saat ini tidak wajar. Meskipun semua negara juga mengalami hal yang sama, tapi situasinya tidak seperti rupiah dan ini harus diwaspadai akan ancaman krisis.

"Katakanlah ini mengenai masalah eksternal. Tapi dari eksterenal itu kok yang paling rendah mata uang rupiah, kira-kira seperti itu. Yang lainnya mungkin nol koma sekian, tiga koma sekian. Rupiah ini kan minus empat koma sekian," kata politisi PAN tersebut.

Pemerintah juga perlu mencermati utang-utang swasta. Kalau situasi rupiah seperti ini, katanya, dan ditambah jatuh tempo utang swasta maka dikhawatirkan Indonesia akan benar-benar krisis.

"Perlu diingat, jangan sampai ini ditambah lagi. Kondisi saat jatuh temponya utang luar negeri dari pihak swasta. Karena ini juga pasti memberatkan nilai rupiah lagi. Ini barikade kekuatan nilai tukar rupiah kembali harus diperkuat lagi," jelasnya.

Taufik mengingatkan, pemerintah jangan terlalu santai melihat rupiah saat ini. Apalagi, menganggap nilai tukar per dolar AS menembus hingga kisaran 12.983-13.022 masih dalam posisi yang wajar.

Rupiah Masih Tertatih-tatih untuk Kembali Menguat

"Trennya rupiah pada 1998 juga buruk hingga menyentuh 17 ribu. Nah, sekarang sudah tembus di 13 ribu. Jangan sampai lebih dari 15 ribu, wah bahaya itu," tuturnya.

Kalau pemerintah terlalu santai dan menganggap ini masih wajar, Taufik takut nanti akan terjadi keterkejutan di pasar. Akibatnya, krisis tidak bisa terhindari dan pemerintah akan sangat kesulitan mengatasinya.

"Kita kan kadang-kadang (bilang) biasa, biasa, biasa, nanti lama-lama kita menjadi shok pasar, jangan sampai terjadi rush (kepanikan besar), ya, ini yang bahaya," kata Taufik.

Apalagi, saat ini Taufik melihat kesenjangan kaya dan miskin yang sudah menembus angka empat. Sebab, dia mengungkapkan, di negara Timur Tengah hanya 4,4, maka krisis pun terjadi yang diikuti konflik sosial.

"Di Indonesia ini sudah empat koma sekian, hampir mendekati kurang nol koma dua, empat koma satuan. Ini yang harus diwaspadai jangan sampai aspek kesenjangan disparitas ini, kesenjangan sosial dari si kaya dengan si miskin semakin melebar," ujar Taufik. (ase)

Baca Juga :

 Dolar AS dan rupiah.

Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau

Program tax amnesty terus menjaga rupiah tetap di zona positif.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016