LPG 12 Kg Naik, Pengusaha Roti Mulai Lirik LPG Bersubsidi

Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin

VIVA.co.id - Naiknya harga LPG 12 kilogram (kg) sepekan terakhir, telah dirasakan imbasnya oleh sejumlah pengusaha di Kota Malang. Ongkos produksi disebutkan mengalami peningkatan antara 20 persen hingga 50 persen. Untuk menekan harga jual agar tidak naik, pengusaha pun mulai mengurangi konsumsi LPG 12 kg dan menggantinya dengan LPG melon bersubsidi.

Hal itu diakui Ida Safira, pemilik salah satu toko roti di kawasan Kecamatan Klojen, Kota Malang. Pengusaha yang telah menjalankan bisnis roti selama 10 tahun terakhir itu mengaku ongkos produksinya ikut naik, lantaran harga LPG yang naik sekitar Rp5 ribu sejak sepekan terakhir.

"LPG ini harganya naik terus. Sekarang harganya Rp135 ribu, LPG-nya diantar kemari," katanya, Jumat 6 Maret 2015.

Menurutnya, saat pesanan ramai, pengusaha dengan 40 pekerja itu bisa menghabiskan empat hingga lima tabung LPG 12 kg dalam sehari hanya di satu cabang saja.

ESDM Pastikan Tak Ada Kenaikan Harga LPG 3 Kg

Sementara itu, selama 10 tahun menekuni bisnis roti, dia memiliki sekitar lima cabang roti lain yang tersebar di Malang Raya. Agar ongkos produksi tak terlalu membengkak, Ida pun mulai menggunakan LPG 3 kg yang dicampur dengan LPG 12 kilo.

"Kalau ongkos produksi naik, harganya jadi naik, pelanggan saya bisa kabur. Agar harganya tetap, sekarang saya pakai empat tabung 12 kg dan empat tabung 3 kg," urainya.

Bila dibandingkan, penggunaan LPG 3 kg jauh lebih hemat dibanding LPG 12 kg. Harganya yang murah, setelah mendapatkan subsidi pemerintah, lebih menjanjikan keuntungan baginya, ketimbang LPG 12 kg. Dia pun kini sedang menimbang untuk beralih pakai LPG 3 kg saja.

"Mungkin saja nambah pakai LPG 3 kg kalau tambah mahal," katanya.

Meskipun untuk itu, dia harus menyiapkan tempat lebih luas dan memastikan keamanan LPG melon, agar tak meledak, atau bocor.

Sementara itu, agen LPG di wilayah Kecamatan Klojen, Kota Malang mengaku belum merasakan penurunan konsumsi LPG 12 kg secara sigifikan maupun peningkatan LPG melon. Penanggung Jawab Gudang Gading Mas Indah, Prayitno, menyebut angka pengiriman tabung harian di tempatnya masih sama.

"Ada penurunan, tetapi sangat sedikit, konsumsi harian kami masih sama," katanya, Jumat 6 Maret 2015.

Setidaknya, Prayitno memesan sekitar 800 hingga 1.000 tabung LPG 12 kg setiap hari dan sekitar 14.500 tabung LPG 3 kg. Di tempatnya, harga LPG 12 kg bisa dibeli dengan harga Rp134 ribu, sedangkan harga LPG melon untuk grosir sebesar Rp14500 per tabungnya.

Pantauannya di pengecer, harga LPG 12 kg bisa dijual hingga Rp150 ribu lengkap dengan biaya jasa pasang tabung di lokasi. Sedangan LPG melon bisa sampai Rp17 ribu di tingkat pengecer. Dia pun tak bisa melarang pembeli dari kalangan menengah ke atas untuk membeli LPG bersubsidi.

"Kalau ada yang masuk sini bawa mobil Mercy, ya hanya bisa saya imbau saja, bukan kewenangan kami untuk melarang. Kalau tidak beli di sini, pasti mereka beli di tempat lain," katanya.

Juru bicara PT Pertamina Region Jawa Timur Bali, Happy Wulansari menyatakan tak bisa menambah kuota gas elpiji bersubsidi. Sebab, gas elpiji bersubsidi telah ditetapkan dan dibatasi kuotanya oleh pemerintah.

Terkait penyalahgunaan LPG bersubsidi, menurutnya, Pertamina hanya bisa mengawasi hingga di tingkat agen saja. Tentang penggunaan LPG yang tak tepat sasaran menurutnya sudah masuk di wewenang pemerintah daerah setempat untuk menertibkan.

"Jika ada agen yang menjual LPG 3 kg dengan harga di luar ketentuan pasti akan kami sanksi. Untuk pengecer yang menjual lebih dari HET (Harga Eceran Tertinggi) itu sudah masuk di kewenangan ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) setempat," ujarnya. (asp)

Nasib Harga BBM Diputuskan Malam Ini



Baca Juga:

Perbedaan Harga Gas di Daerah Tinggi, Ini Usulan Pengusaha

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya