- MarketWatch courtesy Reuters
VIVA.co.id - Harga minyak dunia tampaknya akan dipertahankan pada kisaran US$60 per barel. Gelagat ini terlihat dari keputusan negara-negara anggota organisasi pengekspor minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries/OPEC) untuk terus menambah pasokan minyak.
Pada pertemuan Minggu malam atau Senin 9 Maret 2015 waktu Indonesia, pejabat OPEC mengatakan, keputusan kartel minyak untuk terus menambah pasokan akan meningkatkan permintaan pasar. Sebab, perusahaan-perusahaan minyak di dunia telah memangkas investasinya.
"Proyek yang dibatalkan. Investasi sedang direvisi. Biaya yang diperas. Jika kita tidak punya pasokan yang banyak, akan ada kekurangan dan harga minyak akan naik lagi," kata Abdalla Salem el-Badri, Sekjen OPEC di konferensi Minyak dan Gas Timur Tengah, di Bahrain seperti dikutip MarketWatch.
Pejabat OPEC lainnya mengatakan, mereka akan terus memompa sumur minyak mereka meski harga minyak tengah runtuh. Sebagaimana diketahui, minyak mentah Brent pada Jumat kemarin diperdagangkan pada level US$60 per barel. Itu merupakan setengahnya dari harga Brent pada Juli 2014 lalu.
"Kami sangat beruntung harga minyak tidak turun ke $20 per barel," kata Menteri Perminyakan Kuwait, Ali al-Omair.
Banyak yang menduga, keputusan itu sarat dengan aroma perang harga. Pemicunya, penemuan sumber energi baru, yakni minyak dari batuan (shale oil) di Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya, Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali al-Naimi membantah bahwa negara-negara OPEC sedang berperang dengan produsen shale AS. Dia mengatakan, OPEC menyambut mereka ke pasar. Meski begitu, el-Badri menyebut produksi minyak shale lebih mahal ketimbang minyak Saudi (Brent) yang butuh biaya rendah untuk menyedotnya dari dalam tanah.
![vivamore="Baca Juga :"]