Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id -
Ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Anton Gunawan, menyebut, selain faktor eksternal, kondisi di dalam negeri pun turut mempengaruhi kemerosotan rupiah terhadap dolar.
Anton menjelaskan, faktor eksternal memang cenderung dominan, yang membuat mata uang rupiah terus anjlok. Situasi tersebut disebabkan oleh rencana Federal Reserve AS yang akan menaikkan suku bunganya.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Baca Juga :
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
Anton menjelaskan, faktor eksternal memang cenderung dominan, yang membuat mata uang rupiah terus anjlok. Situasi tersebut disebabkan oleh rencana Federal Reserve AS yang akan menaikkan suku bunganya.
Baca Juga :
Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
Namun, keadaan politik dalam negeri juga memberi pandangan tersendiri di mata investor asing.
Anton menilai, kisruh perpolitikan dalam negeri memberi sentimen negatif, meskipun sedikit. Sebab, investor asing menduga adanya intervensi politik yang akan mengganggu Presiden Joko Widodo dalam mengambil keputusan.
"Soal KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)-Polri, masalah koordinasi tidak berjalan baik. Sejak masuknya Jokowi (Presiden Joko Widodo) dan timnya, ada satu visi atau paradigma yang mulai muncul di kalangan investor terutama asing, intervensi mulai meningkat, itu yang dirasakan," ujar Anton, di Financial Club Jakarta, Kamis 12 Maret 2015.
Meskipun saat ini belum cukup mengganggu, kata Anton, tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi tersebut cukup membuat investor asing gelisah. Anton berharap, di pemeritahan baru ini mulai dilakukan pembenahan reformasi birokrasi, meski tidak mudah dalam waktu singkat.
"Sampai saat ini belum cukup mengganggu, tapi itu tren yang terjadi. Saat ini mulai dilakukan reformasi birokrasi dan agak susah, serta tidak singkat," tuturnya.
Berdasarkan pantauan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah tembus ke level Rp13.176 per dolar AS. Dengan demikian, pergerakan rupiah selama empat hari perdagangan terakhir terus merosot dan bertahan di kisaran Rp13.000 per dolar AS. (art)
Baca juga:
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Namun, keadaan politik dalam negeri juga memberi pandangan tersendiri di mata investor asing.
