BI: Angka Pelemahan Rupiah Enam Persen, Jangan Khawatir

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA.co.id - Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir pada angka depresiasi nilai tukar rupiah yang saat ini sebesar enam persen.

Rupiah Masih Tertatih-tatih untuk Kembali Menguat

Sebab, katanya, saat ini terdapat kecenderungan bahwa mata uang dolar Amerika Serikat sedang menguat terhadap semua mata uang dunia.

"Kalau lihat rupiah di 2015, dari Desember sampai Maret, ada depresiasi sekitar enam persen. Di 2014, sepanjang tahun depresiasinya hanya 1,8 persen. Kalau lihat konteks ini, rupiah tidak terlalu mengkhawatirkan, karena sekarang ada kecenderungan di dunia, di mana dolar AS menguat terhadap semua mata uang," ujarnya di Kementerian Perekonomian Jakarta, Jumat 13 Maret 2015.

Agus membandingkan, jika melihat di negara lain seperi Brasil, Turki, dan Malaysia, Indonesia tidak terlalu buruk. Hal tersebut, disebabkan angka depresiasi Indonesia cukup rendah dibandingkan negara-negara tersebut.

"Kalau dibandingkan Brasil di 2014, depresiasinya 12,5 persen dan 2015 (year to date/ytd) 17 persen. Turki sepanjang 2014, depresiasinya delapan persen. Terus sekarang, year to date 12 persen . Malaysia tahun lalu enam persen. Jadi, Indonesia tidak terlalu buruk," tuturnya.

Dia pun menjelaskan, secara umum melemahnya nilai tukar rupiah merupakan imbas dari Bank Sentral AS, atau The Fed yang akan menaikan suku bunganya dan diperkirakan pada pertengahan tahun ini. Sehingga, pihak BI harus mempersiapkan hal tersebut.

"Secara umum, ada penguatan dolar dan ada kecenderungan Fed Fund Rate (FFR) akan tinggi, karena akan dinaikkan pada Juni-Juli, dari saat ini sekitar 0,25 persen, naik antara 0,5 - 1 persen. Dan 2016, akan naik lagi antara dua persen hingga 2,5 persen. Kita mesti mempersiapkan kondisi itu," terangnya.

Arah kebijakan BI, lanjutnya, akan berfokus pada menjaga stabilitas perekonomian secara makro dan meyakinkan inflasi tahun 2015-2016 sesuai dengan target sebesar empat persen plus minus satu persen.

"Dan, kita cukup percaya angka empat persen akan dicapai tahun ini. Bahkan, lebih baik. BI juga memiliki kebijakan untuk mengarahkan Current Account Defisit (defisit transaksi berjalan) ke arah yang lebih sehat di 2,5 persen sampai tiga persen," tambahnya. (asp)

Baca Juga:

BI: Ekonomi RI Bakal Tumbuh Lagi di Kuartal Ketiga
 Dolar AS dan rupiah.

Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau

Program tax amnesty terus menjaga rupiah tetap di zona positif.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016