- ANTARA/Zabur Karuru
VIVA.co.id - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melanjutkan pelemahannya pada perdagangan Senin 16 Maret 2015. Rupiah melaju turun sebesar 46 poin, atau 0,35 persen dibandingkan penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp13.191 per dolar AS.
Berdasarkan pantauan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), tembus ke level Rp13.237 per dolar AS. Dengan demikian, selama enam hari berturut-turut, mata uang garuda berada di zona merah dan pencapaian hari ini merupakan rekor baru terburuk rupiah sejak krisis moneter 1998 yang menembus level Rp17 ribu.
Menurut pengamat pasar modal, Stefanus Mulyadi Handoko, ekonomi AS sedang membaik jelang Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral AS (FOMC The Fed) pada tanggal 17-18 Maret 2015. Dan, spekulasi makin dekatnya kenaikan suku bunga AS semakin menguatkan otot dolar AS di tengah perlambatan ekonomi yang saat ini melanda Eropa dan Asia.
Jadi, katanya, ketika Eropa menambah stimulusnya, China menurunkan suku bunganya dan Jepang yang melemahkan yen guna mendongkrak ekspornya. Namun, AS justru menunggu saat yang tepat menaikkan suku bunganya, sehingga menjadikan penguatan dolar semakin kontras.
"Faktor inilah yang semakin membebani dan melemahkan rupiah. Di sisi lain, para pelaku pasar keuangan masih bersikap wait and see menantikan pengumuman dari pemerintah yang akan mengeluarkan paket kebijakan ekonominya dalam mendukung rupiah," tambah Stefanus.
Untuk diketahui, Menteri Koordinator Perekonomian, Sofyan Djalil menegaskan bahwa sore hari ini, pemerintah akan mengumumkan 'jurus baru' guna meredam pelemahan rupiah. Tak hanya itu, kebijakan yang akan dibuat adalah untuk jangka panjang, bukan sesaat saja. (asp)
Baca Juga:
Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
Program tax amnesty terus menjaga rupiah tetap di zona positif.
