Kaltim Prima Coal Sulap Bekas Tambang Jadi Ekowisata

Peternakan Sapi Terpadu
Sumber :
  • VIVA/Arie Dwi Budiawati
VIVA.co.id
Gelar Karnaval Keselamatan Kerja, Ini Pesan Kaltim Prima
- Lahan bekas tambang acap kali dipandang sebelah mata karena dianggap tak lagi bernilai. Tapi, lahan ini bisa dijadikan pendulang uang kembali kalau dimanfaatkan dengan benar.

Membetulkan Bodi Mobil Berstandar Pabrik Cuma Butuh Waktu 8 Jam

Salah satu perusahaan tambang batubara di Indonesia, PT Kaltim Prima Coal (KPC), menyulap lahan bekas tambangnya menjadi peternakan dan waduk yang bisa dijadikan sebagai objek wisata.
Industri Facility Manajemen Indonesia di Atas Vietnam dan Kamboja


Acting Manager Environment KPC, Kris Pranoto, mengatakan perusahaan tambang ini mereklamasi terlebih dahulu lahan bekas tambang sebelum digunakan untuk kegiatan lainnya. Saat ini, perusahaan tersebut telah mereklamasi 6 ribu hektare dari 20 ribu hektare lahan yang telah digarap.

KPC membagi lahan reklamasi menjadi dua wilayah. "Ada dua zona, yaitu zona pemanfaatan dan zona keanekaragaman hayati," kata dia kepada VIVA.co.id di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Zona yang pertama adalah zona keanekaragaman hayati. Perusahaan tambang ini mereklamasikan lahan bekas tambang untuk mengembalikan "wajah" lahan seperti semula.


Usai menutup lahan dengan lapisan tanah gembur, ada tiga tahap penanaman di lahan tersebut.
Pertama
, mereka menanam tanaman perintis semacam kacang-kacangan. Tujuannya, mengembalikan kembali unsur hara tanah.


Kedua
, ditanami dengan tanaman yang cepat tumbuh (
fast growing
) seperti sengon, johar, dan durian hutan.
Ketiga
, barulah pepohonan daur panjang ditanam, seperti kayu ulir dan meranti.


"Ada 20 persen tanamannya untuk makanan hewan liar seperti orang utan," kata dia.


Kris memerinci, untuk satu hektare lahan reklamasi, dibutuhkan 100 kilogram (kg) bibit kacang-kacangan, 550 batang tanaman
fast growing
, dan 275 tanaman daur panjang. "Jadi, totalnya ada 825 tanaman," kata dia.


Kris melanjutkan, tahun ini KPC menargetkan reklamasi sekitar 1.083 hektare di beberapa wilayah, seperti di area Pama dan Thies. "Kalau keseluruhan, yang sudah direklamasi sekitar 6 ribu hektare dari 20 ribu lahan yang tergarap," kata dia.


Ternak sapi


Zona yang kedua adalah zona pemanfaatan. Area bekas tambang ini diubah area peternakan seluas 22 hektare di D2 Murung yang merupakan lokasi bekas dumping Pit Surya yang rampung ditambang pada 2002. KPC menamai lahan peternakan ini sebagai Peternakan Sapi Terpadu (Pesat).


Pesat, kata Kris, merupakan lahan bekas tambang KPC yang dibangun tahun 2009 dan diresmikan pada tahun 2012 oleh Bupati Kutai Timur dan disaksikan oleh Menteri Pertanian (saat itu), Suswono, petinggi Institut Pertanian Bogor, manajemen KPC, dan SKPD Tingkat I Kalimantan Timur dan Tingkat II Kutai Timur.


"Tujuannya, mendukung swasembada daging," kata dia.


Kris mengatakan peternakan ini merupakan tindak lanjut penelitian yang menyebutkan bahwa area bekas tambang bisa dimanfaatkan sebagai tempat peternakan. Hasilnya, daging sapi aman dikonsumsi dan layak dikembangkan secara ekonomi di lokasi bekas tambang.


Jenis sapi yang diternakkan di Pesat adalah Sapi Bali. Di area itu, ada fasilitas-fasilitas peternakan seperti kandang sapi, gudang pakan, kandang isolasi, serta unit pengolahan pupuk dan biogas.


Sementara itu, Ketua Yayasan Pengelola Sangatta Baru, Ahmad Solehudin, menambahkan, dalam peternakan tersebut ada 168 ekor sapi yang terdiri atas 20 ekor sapi perah, 66 ekor sapi potong, dan 82 ekor sapi bibit.


Keuntungannya pun lumayan. Contohnya, per bulannya, sapi-sapi perah itu mampu menghasilkan tujuh sampai sembilan liter per hari. Susu sapi ini juga diproduksi menjadi es lilin sebanyak 700-1.500 potong per bulan.


"Untungnya Rp40-50 juta per bulan dari sapi perah dan sapi potong," kata Ahmad.


Ekowisata

Selain peternakan sapi, lanjut dia, KPC juga memanfaatkan lahan eks tambang untuk dijadikan sebuah waduk. Namanya Telaga Batu Arang (TBA). Tempat ini adalah zona wisata yang dulunya lahan bekas tambang KPC. TBA merupakan lahan bekas kolam tambang Pit Surya.


Di waduk tersebut, dibangun semacam dermaga kayu yang ditopang oleh drum-drum plastik. Di samping dermaga, sengaja disandarkan kapal-kapal bagi pengunjung yang ingin duduk santai.


"TBA dijadikan kawasan ekowisata," kata Ahmad.


Di sana terdapat paket wisata seperti perkemahan, sepeda gunung, dan outbond. Lokasi ini telah disetujui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) beberapa tahun yang lalu.


"Kami belum menghitung potensinya," kata dia.


Kris menambahkan bahwa luas telaga tersebut 12 hektare dengan kedalaman 40 meter. "Air yang digunakan adalah air baku untuk air minum kualitas satu," kata dia.


![vivamore="
Baca Juga
:"]



[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya