Penerimaan Pajak Diprediksi Defisit Rp180 Triliun

Pelaporan SPT di Jakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
Menkeu Akan Ubah Postur Belanja APBN-P 2016
- Penerimaan pajak pada tahun ini diperkirakan akan mengalami
shortfall
Ahok Ditantang Naikkan Dana Bagi Hasil Pajak
(pengurangan, defisit) sebesar Rp180 triliun atau 17,8 persen dari total penerimaan pajak Rp1.244,7 triliun (tanpa PPh migas) dalam APBN-P 2015.
Pejabat Tersandung Panama Papers Didesak Mundur

Mantan Direktur Jenderal Pajak, Darmin Nasution, Kamis, 9 April 2015 memaparkan, defisit penerimaan pajak sebesar itu belum pernah terjadi sepanjang sejarah Indonesia.

"Bagaimana mengelola
shortfall
besar supaya ABPN tetap berjalan. Orang pemerintah harusnya tahu, saya tidak perlu ajari pemerintah," ujarnya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Badang Anggaran (Banggar) di gedung DPR.


Darmin mengatakan, diperlukan usaha ekstra dari Direktorat Jenderal Pajak untuk mencapai penerimaan pajak yang ditargetkan, yakni tumbuh lebih dari 30 persen tahun ini dari 2014.


Terlebih lagi, penerimaan pajak dari eksplorasi minyak dan gas bumi merosot pada tahun ini karena anjloknya harga minyak internasional.


"Kalau kita ambil perkiraan optimis dan sangat optimis, rasanya tidak akan melampaui 15-20 persen, apalagi kalau dihitung tanpa PPh migas yang harusnya 38,7 persen," ujarnya.


Pertumbuhan pajak pernah mencapai 33 persen ketika
sunset policy
diterapkan saat Darmin menjabat Dirjen Pajak pada 2008. Capaian itu juga didukung oleh siklus
booming
harga minyak Internasional.


Berdasarkan perhitungan Darmin, pertumbuhan alami penerimaan pajak 2015 tidak lebih dari 12 persen. Angka itu hasil dari perhitungan laju pertumbuhan ekonomi prediksi pemerintah, sebesar 5,7 persen dengan capaian inflasi 4,4 persen tahun ini.


"Angkanya kira-kira 10,5 persen. Yang namanya pertumbuhan generik itu kalau mau diproyeksi, itu GDP riil plus inflasi, sehingga menjadi pendekatan PDB nominal," ungkapnya.


Untuk tumbuh secara alami, menurutnya, juga sangat berat terjadi. Melihat belum ada upaya pemerintah saat ini dalam melakukan ekstensifikasi.


"Kalau sekarang,
extra effort
hampir tidak ada karena lebih lambat dari pertumbuhan generik," kata Darmin yang juga pernah menjabat Gubernur Bank Indonesia itu.


![vivamore="
Baca Juga
:"]


[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya