Cara Pemerintah Dongkrak Harga Karet Alam

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel Sidak ke Gudang Bulog
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Pemerintah mendorong peningkatan pemanfaatan karet alam untuk kebutuhan dalam negeri serta mengembangkan industri pengolahan karet alam, terutama yang bisa mendukung pembangunan infrastruktur nasional.

Harga Karet Anjlok, Ini Penyebabnya

Dengan upaya tersebut, pemerintah mengharapkan bisa menambah penyerapan karet alam. Hal ini, bertujuan untuk mengerek harga karet alam yang terpuruk.

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan bahwa dengan peningkatan pemanfaatan ini, diharapkan ada tambahan 100 ribu ton karet alam yang terserap pada tahun ini. Sehingga pada tahun 2015, diharapkan penyerapan total karet alam minimal sebesar 700 ribu ton.

Tak hanya itu, peningkatan pemanfaatan karet alam ini juga akan mendongkrak harga karet.

"Pada saat ini, harga karet alam sangat rendah, yaitu sebesar US$1,5 per kg. Pada tahun 2011, harga karet pernah mencapai US$4,61 per kg," kata Rachmat dalam konferensi pers "Program Peningkatan Pemanfaatan Karet Alam Domestik" di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis 9 April 2015.

Rachmat menjelaskan, sebagai langkah awal, pemerintah menggunakan karet alam untuk mendukung proyek infrastruktur nasional.

"Pemerintah tengah menyiapkan program pembangunan infrastruktur nasional dengan alokasi dana APBN sekitar Rp118 triliun pada 2015 di mana produk-produk berbasis karet alam harus menjadi salah satu produk pendukung pembangunan infrastruktur nasional tersebut," kata dia.

Sebagai informasi, Indonesia merupakan negara pemasok karet alam terbesar kedua di pasar dunia dengan total produksi sebanyak 3,1 juta ton dan kontribusi devisa senilai US$4,7 miliar pada 2014. Saat ini, pemanfaatan karet alam di dalam negeri sekitar 18 persen dari total produksi, antara lain untuk industri ban, sarung tangan dan ban vulkanisir.

Sebagian besar karet ini diekspor dalam bentuk mentah, yaitu crumb rubber (karet remah), ribbed smoked sheets (RSS) dan lateks pekat.

Beberapa proyek infrastruktur yang tengah disiapkan pemerintah berpotensi memanfaatkan produk berbasis karet, antara lain dock fender dalam program pembangunan fasilitas pelabuhan, bahan campuran aspal jalan, rubber pads rel kereta api, dan bantalan jembatan, bendungan karet dan komponen water stop dalam pembangunan bendungan, serta komponen pintu irigasi dan pengembangan rawa.

"Selain produk yang mendukung pembangunan infrastruktur nasional, produk-produk berbasis karet yang dikembangkan di dalam negeri, yaitu genting karet, paving blok, bearing bangunan antigempa dan kasur lateks," ungkapnya.

Selain itu, dia mengharapkan, agar program-program tersebut juga didukung oleh produsen bahan baku karet alam, termasuk Gabungan Produsen Karet Indonesia (GAPKINDO) dan Dewan Karet Indonesia (DEKARINDO). Lewat program peningkatan pemanfaatan karet alam domestik ini, diharapkan produk-produk berbasis karet alam yang dihasilkan lebih beragam.

Harga Karet Turun, Ini yang Bisa Dilakukan Pemerintah

Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik, tapi juga meningkatkan ekspor yang bernilai tambah.

"Dengan demikian, dapat menyumbang devisa yang lebih besar, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap harga karet alam internasional, serta mempertahankan keberlanjutan perkebunan karet alam Indonesia," lanjut Gobel. (ren)

![vivamore="Baca Juga :"]

Tiga Negara Produsen Sepakat Pangkas Ekspor Karet
[/vivamore]
Ilustrasi/Petani karet Indonesia

Indonesia Sepakat Gunakan Karet untuk Campuran Aspal

Peluang ini akan menyerap karet dalam negeri lebih besar.

img_title
VIVA.co.id
7 Maret 2016