- Business Insider
VIVA.co.id - ditutup naik pada perdagangan Jumat dini hari, 17 April 2015. Kenaikan ini di tengah kekhawatiran pasar akibat adanya berita kelompok suku yang terdiri dari mantan militan Al Qaeda menguasai terminal minyak utama di Yaman Selatan.
Seperti dikutip dari CNBC, minyak mentah Brent untuk Juni diperdagangkan naik 73 sen ke US$64,05 per barel. Sehari sebelumnya, Brent juga mencapai level harga tertingginya di atas US$57 per barel, sekaligus pertama kalinya sejak sesi pertama bulan Desember.
Adapun harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) terus melambung dengan kenaikan 32 sen menjadi US$56,71 per barel.
Sebelumnya, dalam laporan bulanannya, OPEC menyatakan bahwa permintaan minyak tahun ini akan menjadi 80.000 barel per hari. Ini lebih tinggi dari yang diperkirakan, karena harga yang lebih rendah mengekang pasokan di AS dan negara-negara non anggota lainnya.
Untuk diketahui, harga minyak mengalami kejatuhan dalam enam bulan hingga Januari. Hal tersebut, telah mendorong minyak mentah Brent turun lebih dari 60 persen menjadi hampir US$45 per barel.
Meski demikian, secara perlahan, kondisi pasar mulai pulih pada tahun ini. "Orang-orang mulai menyadari bahwa produksi AS melambat, setidaknya untuk saat ini," ujar Virendra Chauhan, analis minyak yang berbasis di London. (ase)
![vivamore="Baca Juga :"]