Harga Pertalite Lebih Mahal Berpotensi Tingkatkan Inflasi

Harga Baru BBM
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
Konsumsi Pertalite di Jatim, Bali dan Nusa Tenggara Naik 55%
- Penggantian bahan bakar minyak (BBM) jenis premium ke BBM jenis pertalite yang harganya lebih mahal pada awal Mei 2015, dikhawatirkan akan menyebabkan peningkatan inflasi di Kabupaten Bantul.

Ini Pemicu Penjualan Pertalite Tembus 4.000 KL per Hari

"Harga BBM jenis pertalite ini lebih mahal dan jika diterapkan, memengaruhi kenaikan harga kebutuhan pokok, karena ongkos produksi juga akan meningkat," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Sulistiyanto di ruang kerjanya, Selasa 21 April 2015.
Hampir 10 Persen Konsumen Kalimantan Beralih ke Pertalite


Untuk itu, Sulis berharap, agar pertalite diluncurkan dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan harga premium yang kini berada di angka Rp7.400 per liter. Alasannya, jika mendekati harga pertamax, yakni Rp8.600 per liter, kenaikan harga yang ditimbulkan juga akan signifikan.


"Karena rencananya pertalite diluncurkan dengan harga antara premium dengan pertamax," tuturnya.


Kebijakan pemerintah meluncurkan pertalite memang tidak dilakukan di semua daerah, melainkan hanya menunjuk beberapa kota besar. Sejauh ini, menurut Sulis, belum ada informasi atau pemberitahuan apakah Bantul akan menjadi salah satu kota yang ditunjuk sebagai sasaran peluncuran pertalite atau tidak, namun jika memang dikehendaki, pihaknya siap melaksanakan.


"Nantinya, premium hanya akan dijual di SPBU yang berada di jalur transportasi umum. Sementara SPBU di dalam kota, tidak menjual premium, karena diganti pertalite. Di Bantul, dari 21 SPBU yang kita punya, hanya satu yang akan menjual pertalite bila memang ditunjuk, yakni SPBU Gose, karena memang hanya satu SPBU ini yang berada di dalam kota," ungkapnya.


Jika memang direalisasikan, Sulis meminta, agar kebutuhan masyarakat akan BBM tetap terpenuhi. Sebab, dia khawatir, SPBU dalam kota sebagai penyedia pertalite, kemudian tidak berani kulakan banyak karena beberapa faktor, seperti nilai tebusnya bertambah banyak, atau bahkan takut tidak laku.


"Dikhawatirkan, masyarakat akan memilih SPBU lain yang menyediakan premium, sehingga pertalite SPBU dalam kota tidak laku. Jangan sampai nanti, pasokan BBM yang disediakan SPBU dalam kota jadi berkurang," tegas Sulis. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya