IMF: RI Patut Waspadai Lambatnya Ekonomi China dan Jepang

Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi
- Pejabat lembaga kreditur dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), memberi peringatan tentang adanya ancaman risiko perlambatan ekonomi China dan Jepang terhadap ekonomi negara-negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2016

Menurut Wakil Direktur Departemen Asia Pasifik IMF, Kalpana Kochhar, negara seperti China dan Jepang saat ini memiliki dampak ekonomi yang besar terhadap negara-negara Asia-Pasifik.
Pengamat: Proyek Infrastruktur Jangan Disetop


Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi kedua negara itu lebih lemah daripada yang diperkirakan.


"Pertumbuhan ekonomi China diprediksi akan terus menurun di angka 6,8 persen pada 2015 dan 6,3 persen pada 2016," ujar Kalpana, dalam Prakiraan Ekonomi 2015 di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Kamis 7 Mei 2015.


Dengan adanya hal tersebut, kata Kalpana, IMF juga memprediksikan pertumbuhan ekonomi Jepang pada tahun 2015 berada di kisaran angka 1 persen dan 1,2 persen pada 2016.


"Ini meski lebih lemah dari yang diperkirakan, peningkatan angka pertumbuhan itu disebabkan meningkatnya konsumsi domestik akibat menurunnya harga minyak dunia dan meningkatnya pendapatan masyarakat secara riil," katanya.


Kalpana mengatakan, melambatnya ekonomi kedua negara tersebut mulai terlihat dampaknya pada laporan data ekonomi Indonesia kuartal I/2015 yang hanya tumbuh 4,7 persen.


IMF pun, kata dia, masih memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran angka 5,2-5,5 persen pada 2015.


Meski begitu, Kalpana melihat potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik akibat reformasi struktural berupa pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) ke infrastruktur dan bantuan sosial.


"Hal itu juga karena rendahnya harga minyak dunia dinilainya menguntungkan Indonesia sebagai negara importir minyak. Jadi, untuk sementara, turunnya harga minyak akan menekan angka infkasi. Dan karena sebagian besar dana bisa disimpan, neraca transaksi berjalan bisa membaik," jelasnya.


Sementara itu, Gubernur BI, Agus Martowardoyo mengatakan, selama 20 tahun terakhir, ekonomi China selalu tumbuh dua digit.


Namun, kata dia, sejak 2012, negara tirai bambu tersebut mengalami perlambatan ekonomi yang diprediksi akan berlangsung setidaknya hingga tahun depan.


"Bahkan 2013 dan 2014 pertumbuhan ekonomi China yang tumbuh di atas 7 persen, tahun 2015 diprediksi di bawah 7 persen," ujarnya.


Agus mengatakan, China merupakan salah satu tujuan utama negara eskpor bagi Indonesia.


Hal itu berpengaruh terhadap perlambatan ekonomi di negara itu menyebabkan permintaan eskpor turun sehingga harga komoditas utama ekspor Indonesia juga mengalami penurunan. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya