Pertahankan Suku Bunga, BI Dinilai Kontra Produktif

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
VIVA.co.id
Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi
- Keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan 7,5 persen dinilai kontra produktif dengan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. 

Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2016
Pengamat ekonomi dari Universitas Sam Ratulangi Manado, Agus Tony Poputra, menyatakan bahwa kebijakan BI mempertahankan suku bunga pada level yang tinggi, kontra produktif dengan upaya keluar dari pelemahan ekonomi.

Pengamat: Proyek Infrastruktur Jangan Disetop
Padahal suku bunga kredit yang lebih murah merupakan salah satu stimulus ekonomi, sebagai kompensasi atas kenaikan biaya produksi karena pelemahan Rupiah. 

"Dengan BI rate ditahan pada level yang tinggi, tidak ada insentif bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit dan meningkat pertumbuhan kredit. Bahkan banyak bank saat ini menurunkan target pertumbuhan kredit untuk mengantisipasi peningkatan kredit macet dalam kondisi suku bunga tinggi," katanya seperti dikutip dari siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Kamis 16 Juli 2015.
 
Menurutnya, kebijakan BI rate tinggi juga akan menimbulkan masalah bila bank sentral Amerika Serikat (the Fed) menaikan suku bunga acuannya. Pada situasi ini, BI secara psikologis akan terdorong untuk menaikan BI rate untuk mencegah aliran dana keluar. Akibatnya, dunia usaha akan semakin tertekan dengan suku bunga yang lebih tinggi.
 
Sementara itu, analis ekonomi Bank Danamon Dian Ayu Yustina, mengharapkan suku bunga acuannya lebih rendah untuk mendukung ekonomi nasional. Menurutnya BI masih mencari kesempatan untuk menurunkan suku bunga. 

"Kesempatan untuk penurunan suku bunga mungkin terjadi pada akhir tahun ini, ketika inflasi turun dan kejelasan terkait kebijakan suku bunga acuan the Fed," kata dia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya