Sumber :
- REUTERS/Andy Buchanan/Pool/Files
VIVA.co.id
- Minyak mentah berjangka mencapai posisi terendah dalam empat bulan terakhir, pada Senin, setelah terjadi penurunan tajam di pasar saham China. Saham China jatuh lebih dari delapan persen di perdagangan Asia, penurunan terbesar dalam delapan tahun.
Minyak juga tertekan oleh kenaikan tajam jumlah kegiatan pengeboran Amerika Serikat (AS). Data hari Jumat menunjukan produsen menambah 21
rig pekan lalu, terbesar dalam satu tahun.
Minyak juga tertekan oleh kenaikan tajam jumlah kegiatan pengeboran Amerika Serikat (AS). Data hari Jumat menunjukan produsen menambah 21
Baca Juga :
Awal Pekan, Hati-Hati Rupiah Terdepresiasi
Melemahnya dolar pada Senin berdampak pada kerugian minyak mentah dan komoditas lainnya. Minyak mentah Brent turun US$1,15 atau dua persen, menjadi US$53,47 per barel. Minyak mentah AS ditutup turun 75 sen, atau 1,6 persen, pada US$47,39, terendah sejak Maret.
"Kombinasi dari kekalahan pasar saham China membebani minyak mentah," kata Carl Larry, Direktur Pengembangan Bisnis Minyak dan Gas di Frost & Sullivan, dikutip dari
CNBC
, Selasa, 28 Juli 2015.
Pasokan minyak global hingga saat ini cukup dengan produsen utama dari Timur Tengah yang bersaing untuk pangsa pasar dan memompa 2-3 persen lebih dari yang dibutuhkan, analis mengatakan.
"Dalam beberapa bulan ke depan, bahkan jika kelebihan pasokan global harga akan sulit untuk dipantau, di mana setiap peningkatan harga akan datang," kata analis minyak Societe Generale Michael Wittner.
Halaman Selanjutnya
Melemahnya dolar pada Senin berdampak pada kerugian minyak mentah dan komoditas lainnya. Minyak mentah Brent turun US$1,15 atau dua persen, menjadi US$53,47 per barel. Minyak mentah AS ditutup turun 75 sen, atau 1,6 persen, pada US$47,39, terendah sejak Maret.