China Inginkan Jalur Sutera Digital ke ASEAN

Presentasi Cyberspace Administration of China - CAC.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Arfi Bambani Amri
VIVA.co.id
Daftar Tiga Desa Jadi Percobaan Internet Terpadu
- China tidak saja berambisi membuat semua warga negaranya tersambung ke fiber optic
Smartfren Hadirkan Modem Berkecepatan 150 Mbps
. Negara ekonomi terbesar kedua di dunia ini berambisi menyambungkan lagi Barat dan Timur, dari Eropa sampai ke Asia Tenggara. Inilah Jalur Sutera modern.

Tips Bagi Orangtua Jika Anak Gemar Bermain Internet
"Kami menyebutnya, one belt one road (satu sabuk satu jalan)," kata Direktur Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi Badan Siber China (Cyberspace Administration of China - CAC), Li Yuan, saat menjamu beberapa wartawan dari Indonesia dan Malaysia termasuk VIVA.co.id, di kantornya, Beijing, Kamis 30 Juli 2015.

Jalur Sutera modern ini menghubungkan lebih dari negara di Eropa dan Asia. China berambisi terdapat jalur kereta api tersambung dari London sampai Singapura, sehingga disebut sebagai "satu sabuk". Sementara juga terbentang jalan raya menghubungkan negara-negara di bentangan wilayah tersebut.

Konektivitas ini di ranah digital. China sudah berbicara dengan Uni Eropa untuk menyambungkan jalur fiber optic antara kedua benua. Sementara dengan Asia Tenggara, Direktur Biro Urusan Internasional CAC Jiang Yang menyatakan Jalur Sutra Digital ini akan dibicarakan September 2015 ini dalam ASEAN Cyberspace Forum di Guangxi.

"Sudah ada Sino-ASEAN Communication Harbour," kata Jiang Yang.

Wakil Direktur Jenderal CAC Sun Kai, mengatakan teknologi digital merupakan kunci dari kekuatan ekonomi sebuah negara. Dan trennya, mayoritas akses saat ini datang dari mobile.

"Siapa yang menguasai internet mobile, akan menguasai internet," kata mantan jurnalis itu.

Saat ini, lebih dari separuh populasi China sudah memiliki telepon seluler, dengan koneksi Internet lebih dari setengah miliar. Separuh dari koneksi internet tersebut sudah melalui pita lebar atau fiber optic.

"Internet kecepatan tinggi merupakan bagian dari strategi nasional," kata Li Yuan menambahkan.

Sun Kai mengatakan, pemerintah China sudah menyadari besarnya potensi bisnis dan dampak dari internet. CAC yang didirikan khusus untuk mengatur dunia maya kini memiliki kedudukan setara kementerian, dipimpin seorang Menteri.

Sejak awal didirikan beberapa tahun lalu, CAC sudah mengeluarkan sejumlah regulasi untuk mengatur internet. Terbaru, CAC mengeluarkan aturan mengenai aktivitas e-commerce yang melampaui batas negaranya.

Untuk diketahui, pemain e-commerce terbesar di dunia saat ini sudah dipegang Alibaba.com, sebuah perusahaan yang berbasis di China. Di dalam negeri China sendiri, ada lusinan pemain e-commerce termasuk juga Amazon yang berbasis di Amerika Serikat.

Namun, pemain-pemain global yang ingin bermain di Tiongkok haruslah mengikuti aturan main di negaranya. Sun Kai menjelaskan, Pemerintah China tak menginginkan ada konten-konten yang melanggar hukum dan harmoni nasional China yang berpenduduk lebih dari satu miliar orang itu.

"Contohnya di Weibo (layanan semacam Twitter--red), kadangkala ada informasi yang membahayakan publik di sana, maka itu butuh manajemen untuk mengatur," kata Sun Kai.

Meski Sun Kai tak eksplisit menyebutkan, beberapa layanan Internet ternama dunia seperti Facebook, Twitter dan Google tak bisa diakses dari Tiongkok. Raksasa-raksasa Internet dunia ini dinilai tak bisa mengikuti aturan hukum China.

Namun, bukan berarti publik China tak memiliki pilihan. Tersedia beragam aplikasi lokal ataupun internasional yang masih bisa digunakan netizen.

Untuk search misalnya, selain bisa menggunakan layanan lokal Baidu.com, publik juga bisa mengakses Yahoo. Sementara untuk jejaring sosial, Tiongkok punya Weibo dan WeChat.

Linda, Direktur Kerjasama Sina.com, perusahaan yang membawahi Weibo, menyebutkan, layanan yang mereka miliki sekarang merupakan jejaring terbesar di daratan Tiongkok. Weibo per 2015 ini sudah memiliki lebih dari setengah miliar pengguna.

Sina.com sendiri, sebuah platform jurnalisme atau informasi, memiliki sekitar 100 juta pengguna. Sina dengan demikian menjadi rujukan utama berita dan informasi di China.

"Pengguna kami terutama di China, kemudian Kanada, Amerika Serikat dan Asia Tenggara," kata Linda. Sina.com memiliki layanan terutama dalam Bahasa Mandarin.

Di Asia Tenggara sendiri, pengguna layanan Sina.com dan Weibo terutama datang dari negara-negara yang memiliki komunitas pengguna bahasa Mandarin seperti Malaysia dan Singapura. Apakah Weibo berminat untuk mengembangkan sayap ke Indonesia?

"Mengapa tidak," kata Linda. (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya