Apa Untungnya Pakai Kereta Cepat Buatan China ?

Kereta cepat
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) terus menyatakan keseriusannya untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam menggarap proyek kereta cepat, atau High Speed Railway (HSR) Jakarta-Bandung sesuai dengan program pemerintah.  

Soal Kereta Cepat, Menhub Budi Tak Mau Gegabah

Perusahaan pelat merah asal China pun, China Railway Corporation siap mengucurkan dana sebesar US$5,5 miliar. 

Duta Besar (Dubes) RRT untuk Indonesia, Xie Feng, Kamis 13 Agustus 2015, mengatakan banyak keuntungan yang di dapat Indonesia, jika proyek itu digarap oleh negaranya. Terutama, dalam upaya mendorong perekonomian. 
Reuters Klarifikasi Berita Rini Soal Kasus Korupsi China

Menurut Xie, di sepanjang jalur kereta cepat yang rencananya mencapai 150 kilometer tersebut, dipastikan akan ada kegiatan ekonomi baru yang tumbuh. 
Brudirect Klarifikasi Berita Rini di Kasus Korupsi China

"Menurut perkiraan, akan ada 44 ribu penumpang yang bakal menggunakan kereta cepat Jakarta-Bandung pada tahap awal. Dan, sepanjang jalur kereta cepat akan ada kegiatan ekonomi yang aktif," ujar Xie di kawasan Senayan City.

Dengan demikian, Xie menjelaskan, produk domestik bruto (GDP) Indonesia dapat terdorong karena tumbuhnya ekonomi. Hal ini, menurutnya, sudah terbukti terjadi di beberapa negara yang telah memiliki infrastruktur kereta cepat. 

Xie mencontohkan, negaranya mulai membangun kereta cepat pada 2003 lalu. Ketika itu, GDP RRT hanya sebesar US$1.000. Namun, pada 2014, GDP RRT melonjak pesat menjadi US$7.500.

"Kereta cepat ini memberikan kontribusi nyata dan kemajuan China. Sekarang GDP Indonesia sekitar US$3.531, jauh lebih besar dari China pada 2003. Maka itu, saya yakin ini akan memberikan kontribusi besar pada kemajuan Indonesia," kata Xie.

Xie menambahkan, dengan harga tiket yang diperkirakan dibanderol sebesar Rp200 ribu per orang dan sekali jalan ini, nantinya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan Indonesia yang mengoperasikan kereta tersebut. Apalagi, teknologi yang dimiliki China diklaim lebih efisien dan hemat energi. 

"Pada harga Rp200 ribu per orang, akan ada pendapatan Rp3,2 triliun per tahun. Jika jumlah penumpang terus bertambah, pengelolaan pasti lebih menguntungkan lagi," tambahnya. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya