Rupiah Keok, Pedagang Tempe Resah

Produksi Rumahan Kedelai dan Tempe
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Menguatnya mata uang dolar yang mencapai lebih dari Rp14 ribu, membuat para pengrajin tempe di Kota Bogor, Jawa Barat, sangat resah. Sebab, kedelai yang merupakan bahan dasar tempe, diimpor dari Amerika Serikat, akibatnya biaya impor menjadi mahal.

Kustari, salah seorang pengrajin tempe yang berlokasi di Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, mengatakan semenjak terus menguatnya mata uang dolar hingga mencapai Rp14 ribu, harga tempe mengalami kenaikan sebesar Rp3.000 per kilogram.

"Dulu, satu kilogram harga tempe sebesar Rp9.700, saat ini sudah mencapai Rp10 ribu," ungkapnya, saat di temui VIVA.co.id di pabriknya.

Ia mengatakan, jika mata uang dolar AS terus menguat dan rupiah semakin melemah, solusinya akan membuat tempe dengan porsi kecil.

"Masyarakat tidak tahu menahu harga kedelai melonjak, tetapi membeli tempe dengan harga yang murah,"jelasnya.

Karena itu, kata dia, pihaknya mengharapkan pemerintah secepatnya melakukan langkah-langkah untuk mengatasi melemahnya harga dolar tersebut.

"Jika harga kedelai terus naik, kami akan melakukan aksi besar-besaran dengan paguyuban tempe di Bogor maupun dengan daerah lain," paparnya.

Sri Mulyani Ingin UMKM Perluas Jaringan ke Luar Negeri

Baca juga:

Sementara itu, Muhtar Satri, ketua Koperasi Tahu dan Tempe Kota Bogor, mengatakan, kenaikan harga kedelai dipandang masih normal. Sebab, kedelai Rp70 ribu per kilogramnya, sebelumnya sebesar Rp69 ribu rupiah.

"Tetapi, kami tidak mengetahui untuk besok dan lusa, harga kedelai bisa meroket jika rupiah melemah. Sekarang ini, stok kedelai aman untuk satu pekan," ucapnya. (asp)

World Islamic Economic Forum (WIEF) Ke-12 Tahun 2016

Sri Mulyani: Nilai Perjanjian WIEF US$900 Juta, Masih Kecil

Ia mengharapkan perjanjian ini meningkatkan jaringan pengusaha UMKM.

img_title
VIVA.co.id
4 Agustus 2016