Kemarau Ikut Sumbang Inflasi

Ilustrasi/Seorang petani memetik cabai.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rudi Mulya

VIVA.co.id - berkepanjangan memicu meroketnya harga sejumlah bahan pokok. Hingga kini, masyarakat masih mengeluh terkait tingginya harga sejumlah kebutuhan pokok tersebut.

Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global

Di Banjarnegara, Jawa Tengah. Salah satu produk yang dikeluhkan harganya adalah cabai rawit. Hingga kini, harganya terus merangkak naik dan cenderung tak pernah turun sejak sebelum perayaan Hari Raya Idul Fitri 2015.

Baca Juga:

"Harga cabai rawit kini sudah Rp60 ribu per kilogramnya. Harga ini terus naik dari sejak sebelum Lebaran," ujar Kasih, salah seorang pedagang, Selasa, 1 September 2015.

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November

Menurut Kasih, tingginya harga jual cabai rawit karena minimnya ketersediaan stok di tingkatan petani. Bencana kemarau yang melanda lahan pertanian membuat petani tak bisa produktif.

Baca Juga:

"Beberapa petani juga ada yang sudah mengatur waktu panennya adalah saat Lebaran. Jadi stok usai Lebaran kosong," kata kasih menambahkan.

Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau

Gulung Tikar

Sementara, sebagai imbas dari . Kini sejumlah pemilik industri tahu yang mengandalkan kedelai impor akhirnya gulung tikar. Salah satunya di lokasi pembuatan industri tahu terbesar di Kota Bandung, Jawa Barat, yakni di kawasan industri tahu Cibuntu.

"Kami sudah tak sanggup membeli kedelai impor. Harganya kini sudah Rp7.500 per kilogramnya. Jadi dengan terpaksa kami tutup usaha," kata Hana, salah seorang perajin tahu.

Para perajin berharap, kondisi itu dapat segera ditangani oleh pemerintah. Sehingga baik dampak kemarau maupun rendahnya nilai tukar rupiah tidak membebani masyarakat kecil.

Sonik Jatmiko/Asep Bar Bara

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya