Darmin: Hanya AS yang Sukses Terapkan Pelonggaran Moneter

Gedung Putih terlihat dari South Lawn di Washington
Sumber :
  • REUTERS/Larry Downing
VIVA.co.id
Tunggu Data Tenaga Kerja, Wall Street Bergerak Datar
- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, berpendapat hanya Amerika Serikat, yang sukses menerapkan kebijakan pelonggaran moneter, atau
quantitative easing
Dolar Menguat Bikin Harga Emas Merosot
(QE) untuk mendorong perekonomian di tengah krisis. 

Harga Minyak AS Naik, Wall Street Bergerak Positif
Darmin menceritakan, gejolak ekonomi global saat ini bermula dari krisis ekonomi, khususnya sektor perumahan di AS pada periode 2007-2008. Dipicu oleh kredit macet, karena pembiayaan murah dan mudah dari pemerintah AS.

"Kredit murah dan mudah itu bagus sekali, tetapi akhirnya bablas. Seluruh dunia mengalami dampaknya," kata Darmin dalam acara rapat kerja nasional bidang koordinator asosiasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Indonesia di Jakarta, Rabu 16 September 2015. 

Dia mengatakan, negara Paman Sam itu menggunakan cara yang tidak biasa untuk menghadapi krisis yang tengah dialami, yaitu melonggarkan kebijakan moneternya dengan QE. Melalui kebijakan itu, AS pun menggelontarkan uang baru ke pasar, perlambatan ekonomi itu pun perlahan-lahan mereda dengan.

"Hanya AS yang bisa melakukan itu. Tingkat bunga didorong mendekati nol. Orang tahu betul, yang belajar moneter, kalau seperti itu, kebijakan moneter tidak akan berlaku lagi," kata dia.

Saat ini, Darmin mengatakan. kebijakan QE tersebut ditiru oleh Jepang dan Eropa. Namun, tampaknya kebijakan itu bukan solusi terbaik di kawasan tersebut, Eropa justru terkena dampak politik dari kebijakan pelonggaran moneter.

"Belakangan Jepang. Gubernur bank sentral Jepang mundur, bukan karena habis masa jabatannya, tetapi tidak percaya kalau kemudian melakukan QE besar-besaran didorong tingkat bunga rendah akan berdampak bagus pada Jepang," kata dia.

Bahkan, mantan gubernur Bank Indonesia ini mengaku masih mengingat perkataan gubernur bank sentral Jepang yang mengatakan bahwa kebijakan QE yang diterapkan, tak tertutup kemungkinan akan berbalik dan berpengaruh negatif terhadap perekonomian negeri Sakura itu.

"Saya ingat komentar dia begini, itu sama saja bertinju melawan air. Muka kita yang basah habis-habisan," kata dia.

Darmin melanjutkan, Jepang pun belum bisa memperkuat perekonomiannya dengan QE. Padahal, pelemahan yen sudah mencapai 40 persen. "Itu lebih dari devaluasi yang sebenarnya, tetapi Jepang belum keluar dari krisis," kata dia. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya