Perusahaan Ini Kembangkan Bahan Bakar Pengganti Batu Bara

Ilustrasi/Pekerja tambang batu bara
Sumber :
  • China Daily/REUTERS
VIVA.co.id
Produksi Gas PHE Lampaui Target 2016, Ini Pendorongnya
- PT Energy Management Indonesia (Persero) siap memproduksi
wood pellet
Enam Bulan, Realisasi Investasi Energi Mencapai US$876 Juta
atau pelet kayu di Purworejo, Jawa Tengah, sebagai pengganti bahan bakar batu bara yang lebih ramah lingkungan. Dipastikan, pabrik palet kayu akan  groundbreaking
Ada Potensi Bahan Bakar Tersembunyi di Bawah Samudera
pada 5 Oktober mendatang.

Direktur Utama PT EMI Aris Yunanto, dalam siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Senin, 28 September 2015 mengatakan, produksi pabrik di Purworejo tersebut berkapasitas 36.000 ton per tahun.

Berbeda dengan batu bara biasa, palet kayu ini kata Aris, memiliki kalori mencapai 4.800 kilo kalori (KKAL). Bahkan, kalau ditambah jadi arang aktif atau bio car coal bisa mencapai  7.500 kkal. 

"Nah, kami akan ke arah sana buatnya. Tidak hanya produksi wood pellet-nya saja, rencananya 5 Oktober ini ground breaking," ujar Aris. 

Dia mencontohkan, beberapa perusahaan pembangkit listrik maupun industri minuman produk teh di Jepang dan Korea Selatan sudah menggunakan palet kayu itu sebagai bahan bakarnya. 

"Karena ini kan bio massa, artinya tidak tercemar dan ramah lingkungan, jadi bagus untuk produk minuman," katanya.

Dia mengatakan, Jepang dan Korea Selatan sudah minta EMI untuk mengekspor palet kayu yang diproduksi, dengan kapasitas 250 ton per hari dan nilai kontrak selama lima tahun sekitar US$1.100 hingga US$1.400.

Rencananya, jika pabrik wood pellet produksinya sudah maksimal, EMI juga akan masuk pada bisnis pembangkit berkapasitas 5 - 10 Mega Watt (MW). Investasi pembangunan pabrik palet kayu sekitar Rp30 miliar.

"Sekarang belum karena masuk sebagai Indonesia Power Producer (IPP) kan cukup lama. Makanya saat ini kami buat bahan bakunya dulu," ujar Aris.

Kembangkan sistem monitoring energi

Saat ini EMI juga tengah mengembangkan sistem monitoring energi dengan tingkat individu maupun nasional. Sistem tersebut mampu melihat kebutuhan pemakaian tingkat energi sesuai keinginan pelanggan.

"Dengan sistem monitoring energi ini, kalau yang boros pemakaiannya bisa terlihat. Jadi apa yang boros bisa dikurangkan. Dan Pak Menteri sedang mengupayakan Peraturan Menteri (Permen) terkait insentif penggunaan energi ini," ujar Aris.

Aris menambahkan, yang sudah memakai sistem monitoring energi ini adalah Kementerian Kesehatan. Selanjutnya, EMI akan membangun di airport. 

"Kami juga sedang membangun di Direktorat Jenderal EBTKE dan Dirjen Ketenagalistrikan," katanya. (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya