Gejolak Ekonomi Global, Ini Strategi Investasi Miliarder

Ilustrasi orang atau pengusaha kaya.
Sumber :
VIVA.co.id
10 Orang Terkaya di Indonesia Pada Tahun 2016
- Saat ini, beberapa investor kebingungan pilihan investasi mana yang paling tepat untuk meletakan sejumlah uangnya. Hal itu, menyusul adanya kekhawatiran perlambatan ekonomi China dan spekulasi waktu kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Lima Hobi Ini Hanya Bisa Dilakukan oleh Orang Kaya
Dilansir CNBC, Senin 5 Oktober 2015, kegelisahan tersebut menyebar ke seluruh lapisan investor. Apalagi, terjadinya 'Black Monday' pada 24 Agustus lalu, di mana ekuitas global anjlok 12 persen.

Orang-orang Kaya Sedunia Lagi 'Ketakutan' Saat Ini
Sebagaian besar pasar ekuitas turun 20 persen, penurunan tertinggi yang dicatat mereka, dengan pasar saham China yang memimpin pelemahan bursa saham.

Bulan ini pun, Bursa Wall Street belum menunjukkan adanya perbaikan keadaan. Pekan lalu, sejumlah indeks saham utama AS masih melemah menyusul belum adanya kejelasan kapan The Fed akan menaikkan suku bunganya.

Para miliarder, atau pun para investor dengan nilai aset minimal US$1 juta, cenderung kurang berminat pada investasi jangka pendek.

Analis mengatakan, berikut adalah strategi investasi para miliarder dunia di tengah gejolak ekonomi global yang terjadi saat ini.

Properti tetap menjadi pilihan utama

Properti tetap menjadi andalan investasi utama para miliarder dunia selama puluhan tahun. Hal ini bisa dilihat dari melonjaknya harga real estate utama di Ibukota negara di seluruh dunia.

Rea estate masih dinilai sebagai save haven. Simon Smiles, Global Chief Investments Officer UBS, konsultan yang dikenal melayani para miliarder, mengatakan selama tiga tahun terakhir sebagian besar kliennya masih memilih investasi real estate di AS.

Menurutnya, saat ini, mulai ada pergeseran ke arah Eropa, juga investasi properti di negara yang berpotensi menguat.

"Saat ini, mereka mulai bergeser investasi properti di Eropa. Selain kantor dan rumah mewah, mereka juga mencari untuk mengembangkan resort, hotel mewah, dan jaringan hotel," tuturnya.

Dia mengatakan, setidaknya per investor sudah menyiapkan US$30 juta. Yang menarik, di tengah perlambatan ekonomi global saat ini, para investor miliarder itu justru memilih untuk membeli properti, bukan menjual.

"Menarik memang, mereka cenderung memanfaatkan peluang, mereka lebih memilih untuk menyebarkan modal, memiliki aset lebih banyak lagi," jelasnya.

Saham dan obligasi

Gardiner, Global Investment Strategist Rothschild Wealth Management, mengatakan pasar saham masih menjadi pilihan sebagian investor untuk investasi jangka panjang.

"Kalau investasi saham memang mereka harus lebih waspada. Mereka yang bertahan di pasar saham, adalah yang tujuannya untuk jangka panjang," katanya.

Dia menuturkan, sejarah telah membuktikan bahwa, dalam waktu 90-100 tahun, total hasil jangka panjang indeks saham uatama AS dan Inggris jauh di atas inflasi. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya