Penguatan Rupiah Lebih Tinggi Dibanding Ringgit Malaysia

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara (kiri)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

VIVA.co.id - Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan tren penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada perdagangan hari ini, Jumat 9 Oktober 2015, menunjukkan rupiah diperdagangkan di posisi Rp13.521 per dolar AS.

Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, menyebut bahwa penguatan rupiah dalam sepekan terakhir berada dalam rentang 4,3 persen hingga 4,4 persen.

Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
Laju penguatan rupiah dinilai lebih tinggi dibandingkan mata uang negara berkembang lain, usai pasar keuangan menganggap bank sentral AS (AS) tidak akan menaikkan tingkat suku bunganya akhir tahun ini.

BI Tak Akan Perlonggar Uang Muka Kredit Motor
"Sampai hari ini, (penguatan) sudah 4,4 persen. Kalau Malaysia 3,4 persen, Korea dan Taiwan 1,2 persen, Thailand 0,4 persen," ujar Mirza saat ditemui di Kompleks BI, Jakarta.

Mirza menuturkan, penguatan rupiah dalam sepekan terakhir menunjukkan bahwa fundamental ekonomi nasional mulai pulih. Salah satunya yang memengaruhi adalah reformasi struktural yang saat ini terus dilakukan oleh pemerintah.

"Penguatan ini bukan hanya faktor eksternal. Tapi, ada indikator fundamental di sini (Indonesia). Investor semakin yakin pemerintah melakukan reformasi struktural yang serius. Dulu, mereka anggap tidak serius," kata dia.

Selain itu, tiga jilid paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah dinilai tepat, karena langsung mengarah terhadap sektor-sektor yang selama ini bermasalah. Ditambah dengan beberapa insentif yang diberikan BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mempertahankan stabilitas pasar keuangan dalam negeri.

"Dilakukannya deregulasi dan debirokratisasi untuk mendorong investasi dan devisa. Ini sudah menyasar ke sektor riil. Kebijakan BI juga menambah suplai valuta asing di pasar keuangan. OJK dengan asuransi petani. Jadi, pasar percaya sama kita," ungkap dia.

Namun, dia menegaskan, nilai tukar rupiah masih belum menunjukkan fundamental yang sebenarnya. Artinya, rupiah masih dianggap berada dalam posisi undervalue.

"Masih (undervalue). Kita lihat nanti recovery gimana. Semoga terus berlanjut. Kita harus tetap lihat kondisi eksternalnya. Terutama AS," ujar dia.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya