Sumber :
- Ir. Goenardjoadi Goenawan MM.
VIVA.co.id
- Prinsip rezeki tidak berdasar kepada keadilan. Sejauh mana kita bisa memahami dari mana datangnya rezeki.
Baca Juga :
Lima Aktivitas yang Bikin Gampang Boros
Baca Juga :
Kiat Penting Sebelum Ajukan Kredit Elektronik
1. Anda berpikir dunia menurut prinsip keadilan. Prinsip rezeki tidak berdasar kepada keadilan. Sebab rezeki datang ketika kita membantu solusi masalah orang lain baik kaya ataupun miskin.
Baca Juga :
Tips Sukses Bisnis Pencucian Mobil dan Motor
Orang kaya tahu bahwa pamrih yang ditimbulkan sangatlah besar oleh karena itu dunia permasalahan orang kaya ditutup rapat di antara sedikit jari jumlah orang yang dipercaya.
Sering kali kita merasa hidup tidak fair. Ini kemungkinan berasal dari persepsi yang salah terhadap orang kaya. Kita menganggap orang kaya bebas beban, bebas shopping, bebas masalah.
Semuanya, kaya dan miskin memiliki problem yang sama yaitu sesuai dengan porsi ekspetasinya, sesuai porsi harapannya. Orang biasa mungkin pusing dengan cicilan motor, orang kaya mungkin pusing mikirin cicilan 12 rumah properti.
Oleh karena itu sekali kita mengharap keadilan maka rezeki menjadi tertutup tirai dan kita tidak mampu menerima gambaran untuk memahami persoalan orang kaya.
Kekayaan itu bersifat skala. Ukurannya tergantung pada pribadinya. Ada orang yang permasalahan skala keuangannya kebanyakan macet di sekitar Rp10 juta-Rp20 juta. Misalnya kartu kredit macet kebanyakan ya di level itu.
Namun bagi orang lain, skala permasalahan keuanggannya mungkin selevel pinjaman bank Rp30 miliar. Bagi mereka ukurannya bukan lembaran Rp20.000 tapi mungkin diukur dengan K.
Maksudnya 1K setara US$1.000 Jadi 100K artinya US$100 ribu atau Rp1,4 miliar. Jadi permasalahan nya sama dengan orang miskin yang pusing dengan cicilan motor Rp700 ribu hanya skala yang ada pada ukurannya orang kaya mungkin deal kontrak senilai 700K.
Oleh karena itu memahami pintu rezeki tidak dapat dilihat dari prinsip keadilan, namun kebesaran hati. Ada lagi persepsi yang salah kepada orang kaya, mereka dianggap tidak fair cenderung menekan, memojokkan kita. Sehingga kita merasa defensif.
Rezeki datang ketika kita membantu solusi masalah orang lain baik kaya ataupun miskin. Namun ketika kita membantu solusi masalah orang kaya rewardnya besar. Namun prinsip dasarnya adalah empati. Butuh empati besar untuk mampu melihat permasalahan orang kaya.
2. Keinginan mengejar kekuasaan.
Kekayaan adalah power kekuasaan, sedangkan masalah orang kaya adalah kelemahan, rahasia kelemahan sumber kekuasaan.
Sehingga selama pikiran Anda mengejar sedikit saja keinginan mengejar kekuasaan maka ide ini akan menutup pintu kepada sumber kekuasaan. Seolah dunia kekuasaan akan dibuat semakin rahasia.
3. Sikap bernegosiasi
Sikap ini semakin menutup pintu kepada sumber kekuasaan. lapisan terdekat di sumber kekuasaan adalah figur paling ikhlas. Ya Keikhlasan adalah mata uang sumber kekuasaan.
Anda membayar akses ke dalam sumber kekuasaan dengan mata uang keikhlasan. Inilah syarat membuka pintu sumber kekuasaan.
4. Kekuasaan tidaklah berdasar pada kekuatan
Kemenangan tertinggi adalah dari ketidak inginan untuk perang. Yaitu rasa iba. Rasa iba membuka pintu kepada sumber kekuasaan.
5. Selama Anda berpikir untuk menang maka selamanya ada musuh. Sumber kekuasaan adalah berdasarkan prinsip kedamaian.
Ir. Goenardjoadi Goenawan MM
Konsultan dan motivator tentang paradigma baru tentang uang. Penulis 10 buku manajemen. Buku terbaru Money Intelligent: Rahasia Kaya, Jangan Cintai Uang (Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM) , Kategori : Manajemen, Harga: 43.800
Money Intelligent: Rahasia Kaya, Mulai Berbisnis (Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM.) , Kategori : Manajemen, Harga: 47.800 Mulai tersedia di toko-toko buku terdekat.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Semuanya, kaya dan miskin memiliki problem yang sama yaitu sesuai dengan porsi ekspetasinya, sesuai porsi harapannya. Orang biasa mungkin pusing dengan cicilan motor, orang kaya mungkin pusing mikirin cicilan 12 rumah properti.