Mengatur Pengeluaran Demi Polis Asuransi

Pengantar:
Rubrik Perencanaan Keuangan ini diasuh oleh Tim Perencana Keuangan dari Mike Rini & Associates – Financial Counselling & Education (MREDU), yakni Mike R Sutikno, Vina L. Damayanti dan Dewi Aviani. Pembaca dapat mengirimkan pertanyaan atau berkonsultasi seputar masalah-masalah perencanaan keuangan kepada Mr. Edu. Pertanyaan dapat dikirim lewat email: redaksi@kanalone.com, surat dialamatkan ke redaksi Vivanews.com di Menara Standard Chartered Lt. 31, Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164, Casablanca, Jakarta atau Fax. 62-21 25532563, serta bisa membuka di http: www.mredu.net.



------------------------------------------------------------------------------------------------

Prabowo Ingin Bentuk 'Executive Heavy" dengan Rangkul Semua Parpol, Kata Peneliti BRIN


Mr Edu, saya karyawan swasta berumur 31 tahun dan istri bekerja sebagai PNS dengan usia 30 tahun. Gaji saya Rp 5 juta per bulan, sedangkan istri Rp 2 juta. Saya sudah bekerja selama 10 tahun, sedangkan istri 8 tahun. Pengeluaran per bulan sekitar Rp 4-5 juta, di luar biaya tak terduga. Sejak dua tahun lalu, saya mencabut polis asuransi jiwa dan pendidikan untuk dua anak kami, karena tidak sanggup membayar premi. Kami ingin sekali memiliki kembali polis asuransi jiwa maupun pendidikan tersebut. Mohon sarannya?

Anto, Bekasi


-------------------------------------------------------------------------------------------------


Bapak Anto,

Kami senang sekali mengetahui bahwa Bapak menaruh perhatian yang cukup besar terhadap masa depan kedua anak Bapak dengan sedini mungkin mempersiapkan "payung" untuk mereka. Dengan semangat yang Bapak miliki,  kami yakin dengan sedikit tambahan usaha dan kedisiplinan dalam mengatur keuangan keluarga, polis asuransi jiwa dan pendidikan untuk kedua anak Bapak bukanlah hal yang mustahil untuk dimiliki kembali.

Melihat penjelasan Bapak diatas, pendapatan Bapak berdua dengan istri setelah dikurangi dengan pengeluaran per bulan yang besarnya Rp 5 juta, masih ada surplus sebesar Rp 2 juta rupiah.  Dengan demikian, sebenarnya keluarga bapak memiliki kesanggupan untuk membeli polis asuransi jiwa. Apalagi sebelumnya telah memiliki asuransi jiwa, namun terpaksa dihentikan karena tidak lagi sanggup membayar premi. Kedua hal inilah yang harus dievaluasi, di mana keluarga anda memiliki kemampuan menabung & berasuransi namun tidak optimal dalam pelaksanaannya.

Ada beberapa penyebab mengapa rencana menabung dan berasuransi ini tidak berjalan, antara lain:

1. Tidak adanya prioritas dalam mengatur anggaran belanja keluarga. Semua pengeluaran keluarga pasti penting, namun keterbatasan dana membuat kita tidak bisa membayar pengeluaran tersebut. Makanya menetapkan prioritas penggunaan uang itu sangat penting, agar kita bisa mengalokasikan uang secara proporsional pada berbagai kebutuhan dengan tetap mengutamakan pengeluaran yang diprioritaskan. Contoh,  belanja keperluan dapur sangat penting untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga, tetapi menabung untuk persiapan masa depan keluarga juga tak kalah pentingnya. Masalahnya keperluan belanja dapur itu bisa tidak ada habisnya, jika terlalu fokus ke situ bisa-bisa penghasilan keluarga habis. Makanya menabung harus didahulukan  daripada belanja dapur, sebab kalau menabung dari sisa penghasilan, biasanya tidak pernah ada sisanya.

2. Tidak adanya dana cadangan untuk mengantisipasi pengeluaran tak terduga. Anggaran belanja rumah tangga adalah pedoman kita dalam melakukan pengeluaran rutin. Masalahnya seringkali kita terpaksa mengeluarkan uang tidak sesuai dengan rencana yang terdapat dalam anggaran belanja. Penyebabnya macam-macam, mulai dari tergoda rayuan diskon sampai kejadian tak terduga seperti musibah. Pengeluaran tidak rutin seperti ini tidak bisa diperkirakan kapan akan terjadinya juga berapa besarnya.

Saran kami, cobalah mengatur ulang pola pengeluaran rumah tangga Bapak dengan menetapkan prioritas pengeluaran keluarga sebagai berikut:

1. Menabung & berinvestasi dengan alokasi sejumlah 10%-30% dari penghasilan keluarga
2. Membayar cicilan utang bulanan (jika ada) . Jika Anda sudah memiliki cicilan utang sebaiknya alokasi pembayaran cicilan utang bulanan tidak lebih besar dari 30% dari penghasilan keluarga
3. Premi asuransi. Terdiri dari asuransi jiwa, kesehatan dan kerugian harta benda. Alokasi untuk pembayaran asuransi bisa menempati porsi sampai maksimal 10%-20% dari penghasilan keluarga.
4. Biaya hidup. Termasuk dalam kategori antara lain belanja dapur bulanan, transportasi, pulsa handphone, listrik, dll. Sebaiknya dialokasikan dalam jumlah proporsional antara 40%-60%

Dengan menerapkan anggaran belanja berdasarkan prioritas, maka Anda telah mengalokasikan berbagai kebutuhan Anda secara proporsional dengan mendahulukan tabungan & berinvestasi dan selanjutnya barulah membayar biaya hidup.

Kemudian untuk mengatasi pengeluaran tak terduga, pertama-tama perlu dilakukan analisa terhadap pengeluaran biaya hidup yang ada. Kelompokkan pengeluaran berdasarkan jenis,  misalnya rutin dan non-rutin. 

Selanjutnya teliti ulang daftar pengeluaran rutin dan non-rutin tersebut,  pastikan bahwa yang masuk dalam daftar tersebut benar-benar pengeluaran yang tidak dapat ditiadakan, dan hindari pengeluaran yang tidak perlu. 

Teliti kembali pengeluaran ‘tak terduga’ yang selama ini timbul dalam anggaran belanja keluarga Bapak. Berapa besarnya setiap bulan dan faktor apa yang menyebabkan pengeluaran ‘tak terduga’ ini timbul. Yang harus dipahami adalah bahwa ada pengeluaran tak terduga yang tak wajib dibayar, misalnya anak-anak merengek minta dibelikan mainan baru padahal Anda tidak memiliki rencana membelikan mainan.

Namun ada juga pengeluaran tak terduga yang wajib dibayar misalnya dalam kondisi darurat seperti ketika kendaraan pribadi Anda mengalami kerusakan dan harus masuk bengkel. Untuk itu perlu dibentuk dana talangan atau dana darurat. Fungsinya adalah sebagai sumber dana dalam membayar pengeluaran tak terduga yang terjadi dalam kondisi darurat.

Khusus untuk persiapan dana pendidikan anak, Anda bisa membeli asuransi pendidikan atau tabungan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan Bapak.  Saat ini banyak sekali pilihan dan metode pembayaran asuransi jiwa dan pendidikan yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi, yang dapat disesuaikan dengan kemampuan pemegang polis. Ada yang dibayarkan setiap bulan, ada pula yang dapat dibayarkan setahun sekali, misalnya pada saat Bapak atau istri menerima THR atau bonus tahunan dari perusahaan tempat Bapak dan istri bekerja,  ika memang Bapak dan istri kesulitan untuk menyisihkan biaya premi asuransi tersebut dari gaji bulanan yang diperoleh.

Alokasi anggaran untuk dana pendidikan anak ini dapat bentuk sesuai dengan konsep anggaran prioritas seperti diatas.

Yang terakhir,  dengan keyakinan yang Bapak dan istri miliki, mintalah kepada Yang Maha Kuasa,  untuk meridhoi semua usaha yang telah lakukan untuk mencapai keinginan Bapak dan istri.

Selamat berusaha, semoga bermanfaat.

Salam,


Mr Edu

Reskrim Polres Metro Jakarta Barat meringkus sipir taksi online bernama Michael Gomgom (30), yang menodong dan memeras seorang wanita yang menjadi penumpangnya.

Sopir Taksi Online yang Todong Penumpang Wanita dan Minta Rp 100 Juta Ditangkap saat Tidur Pulas

Reskrim Polres Jakarta Barat, meringkus sopir taksi online, Michael Gomgom (30), yang menodong dan memeras seorang wanita yang menjadi penumpangnya. Dia sedang istirahat.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024