Sumber :
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA.co.id
- Pergerakan pasar obligasi domestik pada pekan ini akan menunggu sejumlah data makro ekonomi global, terutama soal rencana Bank Sentral Eropa (ECB) yang akan menambahkan stimulus moneter.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Hal tersebut diungkapkan oleh analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, di Jakarta Senin, 23 November 2015.
Baca Juga :
Sindiran Menkeu Sri ke Wajib Pajak di BEI
Selain sentimen ECB, kata Reza, laju obligasi domestik juga akan melakukan wait and see terhadap perkembangan ekonomi Jepang dan rencana kenaikan suku bunga Federal Reserve AS.
"Diharapkan sentimen yang ada dapat positif, sehingga penguatan laju bursa obligasi bisa berlanjut," ujar dia.
Reza mengingatkan, agar para pelaku pasar tetap mewaspadai jika data-data yang akan dirilis tidak terlalu direspons positif, sehingga membuat laju pasar obligasi dapat berbalik melemah.
"Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak pada rentang 30-85 basis poin. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada," jelas Reza.
Dia mengungkapkan, besok, Selasa, 24 November 2015, pemerintah akan melelang surat utang negara (SUN) berdenominasi rupiah dengan target indikatif sebesar Rp6 triliun dan jumlah target maksimal yang dimenangkan Rp9 triliun.
Reza menyebutkan, SUN yang akan dilelang mempunyai nominal per unit sebesar Rp1 juta dengan seri-seri sebagai berikut:
1. Seri SPN12160805 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada 5 Agustus 2016.
2. Seri FR0053 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,25 persen dan jatuh tempo pada 15 Juli 2021.
3. Seri FR0056 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,375 persen dan jatuh tempo pada 15 September 2026.
4. Seri FR0073 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,75 persen dan jatuh tempo pada 15 Mei 2031.
(ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Diharapkan sentimen yang ada dapat positif, sehingga penguatan laju bursa obligasi bisa berlanjut," ujar dia.
