BI Cermati Tiga Risiko Penyebab Ketidakpastian Global

Asosiasi Prediksi Impor Terigu 2015 Turun
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Bank Indonesia (BI) melihat, perekonomian global masih dihadapkan dengan ketidakpastian yang tinggi. Bahkan, ada potensi untuk menjadi semakin kompleks.

Bursa Asia Pasifik Tertekan Dinamika Pilpres AS

"Ketidakpastian tidak hanya bersumber dari risiko yang telah kami identifikasi, tapi dapat berasal dari suatu yang belum terpikirkan sebelumnya," kata Gubernur BI Agus Martowardojo, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Selasa 24 November 2015.

Agus mengatakan, ada tiga risiko yang perlu dicermati. Pertama, risiko terkait prospek pertumbuhan ekonomi global. Meskipun pertumbuhan ekonomi global diperkirakan sebesar 3,5 persen pada 2016, namun ada risiko proyeksi tersebut menjadi lebih rendah.

Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2016

"Risiko koreksi akan terjadi, terutama apabila pemulihan ekonomi Tiongkok dan negara berkembang lain tidak sesuai dengan harapan," ujarnya.

Agus mengatakan, kekhawatiran ini cukup beralasan, karena perekonomian Tiongkok dirasa belum cukup kuat. Proses rebalancing ekonomi Tiongkok dari perekonomian berbasis investasi ke konsumsi, akan makan waktu yang cukup lama, sejalan dengan perkembangan demografi yang tengah memasuki aging population.

Kementerian ESDM Perpanjang Izin Ekspor Freeport?

"Kondisi ini berisiko membawa pertumbuhan ekonomi Tiongkok memasuki era normal, yaitu era pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, dibandingkan yang ditorehkan dalam satu dasawarsa terakhir," jelasnya.

Risiko yang kedua adalah penurunan harga komoditas, yang masih berlanjut pada 2016. Perkembangan harga komoditas ini perlu disikapi, karena berdampak terhadap ekspor Indonesia.

Tak hanya itu, penurunan harga komoditas juga bisa menghambat pemulihan ekonomi, kalau Indonesia tak bisa lepas dari ketergantungan pada ekspor berbasis sumber daya alam.

"Risiko ketiga, terkait dampak global yang dapat ditimbulkan oleh proses normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat, baik sisi timing maupun besaran perubahan Fed Funds Rate," kata Agus.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya