PLN Sudah Tak Lagi Ideal, Ini Penyebabnya

Petugas PT PLN (Persero) melakukan pemeriksaan rutin di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Taman Jeranjang. Lombok, NTB.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf
VIVA.co.id
Pengembangan Organisasi di Masa Pandemi: BRI Jalankan BRIVolution 2.0
- Dewan Energi Nasional (DEN) menilai kemampuan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tak ideal. Ada beberapa hal yang membuat perusahaan pelat merah ini dalam kondisi ini.

Pejabat yang Rangkap Jabatan di BUMN Diminta Buat LHKPN
"Permasalahan kita, PLN sebagai perusahaan yang akan membeli fit in tariff di posisi yang tidak ideal," kata anggota DEN, Rinaldy Dalimy, dalam diskusi "Apakah Penyesuaian Tarif Listrik Opsi yang Tepat Guna" di Warung Komando, Jakarta, Selasa, 29 Desember 2015.

Erick Thohir Klaim Temukan 53 Kasus Korupsi di BUMN
Rinaldy mengatakan, bahwa perusahaan pelat merah ini diminta untuk melistriki daerah-daerah yang elektrifikasinya rendah. Di sisi lain, perusahaan pelat merah ini dituntut untuk mengurangi subsidi.

"Ini yang menyebabkan kami sulit mengukur dengan tepat, apakah dia sudah efisien atau belum," kata dia.

Belum lagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu diminta untuk membeli listrik dari investor pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT). 

Dalam kebijakan fit in tariff, pemerintah membuat harga listrik menjadi menarik di mata investor. Harga listrik dari pembangkit ini lebih tinggi daripada harga listrik dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

"Harga energi primernya lebih tinggi daripada PLTU. Kondisi ini mengakibatkan PLN seperti orang yang menjalankan sesuatu yang tidak ideal," kata dia. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya