Sumber :
- ANTARA/Rivan Awal Lingga
VIVA.co.id
- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sempat menguat hingga 1,6 persen kemarin ke level Rp13.400, memberikan harapan bagi mata uang garuda ini untuk dapat melanjutkan penguatannya dalam jangka pendek.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Baca Juga :
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
"Rupiah sempat berada di level Rp13.400an atau yang terkuat sejak 3 bulan terakhir meski kembali turun tipis, sehingga berpeluang dapat mematahkan tren pelemahannya," kata Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, Jakarta, Kamis, 11 Februari 2016.
Baca Juga :
Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
Rasa optimistis tersebut, lanjut Reza, juga didukung dengan mulai stabilnya harga minyak, meskipun masih dalam posisi rendah saat ini. Sentimen bank sentral AS (The Fed) pun dinilai akan mendukung penguatan rupiah.
"Sebelumnya kami sampaikan US Dolar bergerak menguat terhadap sebagian besar mata uang utama dunia seiring optimisme beberapa pelaku pasar yang menilai kenaikan rata-rata upah pekerja serta penurunan tingkat pengangguran selama bulan Januari merupakan alasan yang cukup kuat untuk meyakinkan bank sentral AS (Federal Reserve) menaikkan suku bunga pada tahun ini," kata Reza.
Setelah berhasil mematahkan trend pelemahannya, menurut Reza penguatan rupiah terjadi juga karena, spekulasi dana asing yang akan kembali mengalir ke pasar finansial baik dalam sektor obligasi maupun ekuitas setelah ekonomi Indonesia terlihat semakin membaik.
Menurut Reza, kembalinya Indonesia dalam outlook investasi Investment grade atau layak investasi oleh para lembaga pemeringkat, membuat pelaku pasar kembali melihat fundamental ekonomi Indonesia semakin membaik dimana sebelumnya para investor sempat menilai pesimis prospek Indonesia di tahun ini.
"Batas bawah rupiah Rp13.550 serta batas atas Rp13.425 per dolar AS. Tetap cermati sentimen yang ada terhadap laju rupiah," kata Reza. (ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Sebelumnya kami sampaikan US Dolar bergerak menguat terhadap sebagian besar mata uang utama dunia seiring optimisme beberapa pelaku pasar yang menilai kenaikan rata-rata upah pekerja serta penurunan tingkat pengangguran selama bulan Januari merupakan alasan yang cukup kuat untuk meyakinkan bank sentral AS (Federal Reserve) menaikkan suku bunga pada tahun ini," kata Reza.
