Terungkap, Alasan Pembangunan Proyek Kereta Cepat

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA.co.id - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) akhirnya mengungkap alasan utama pemerintah membangun kereta cepat Jakarta-Bandung.

Soal Kereta Cepat, Menhub Budi Tak Mau Gegabah

Target pertumbuhan tinggi yang dipatok pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo menjadi salah satu alasannya.

Direktur Transportasi Kementerian PPN Bambang Prihartono mengatakan, pada dasarnya, proyek ini sudah diwacanakan sejak masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada 2008 silam. Pemerintah pun membantah, bahwa proyek kereta cepat ini terkesan terburu-buru dilaksanakan.

Reuters Klarifikasi Berita Rini Soal Kasus Korupsi China

“Kereta cepat, walaupun cepat, tapi tidak terburu-buru disiapkan. Selama ini, seolah-olah, sekonyong-konyong. Ini sudah disiapkan dari 2008,” ujar Bambang di kantornya, Jumat 12 Februari 2016.

Pada waktu itu, kata Bambang, substansi pembicaraan antara kementerian dan lembaga terkait dengan proyek kereta cepat, bukanlah rute Jakarta-Bandung, melainkan rute Jakarta-Surabaya.

Brudirect Klarifikasi Berita Rini di Kasus Korupsi China

Pada saat itu, ada jaminan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla, terkait dengan keberlangsungan proyek tersebut.

“Tapi, waktu itu semua bergantung pada pemerintahan saat itu. Pertimbangan politis, dan dana cukup besar. Tetapi, ada dana lain juga yang dibutuhkan untuk kegiatan lainnya, sehingga belum bisa diimplementasikan,” kata Bambang.

Selang beberapa tahun kemudian, lanjut Bambang, terjadi pergantian pemerintahan. Otomatis, itu memengaruhi pola kebijakan yang akan diambil.

Ia menjabarkan, jika melihat dari struktur perekonomian tiap daerah, target pertumbuhan yang dipatok pemerintah tidak akan optimal, tanpa adanya dukungan dari ekonomi daerah secara merata.

“Di mana kita bisa tumbuh 5-6 persen? Pasti berada di Jawa. Kalau Indonesia Timur, tidak mungkin akan sebesar itu, dan ada keterbatasan. Jadi, yang diandalkan adalah Pulau Jawa, sehingga perlu investasi besar. Dampaknya ke mana-mana,” jelasnya.

Lalu, melihat dari sisi keterbatasan anggaran pemerintah untuk menggarap proyek tersebut. Bambang menjelaskan, dibutuhkan peran investasi lain, baik itu dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun pihak swasta.

“Keuangan terbatas, pemerintah mengandalkan sumber pendanaan lain. BUMN sudah investasi di sebagian Jalan Tol Sumatera dan kereta cepat. Sehingga, swasta ikut tertarik terhadap pembangunan ini. Itu kenapa pemerintah melihat peluang ini,” katanya. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya