RI Kecewakan Jepang Bukan Hanya Soal Kereta Cepat

Groundbreaking pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Cikalong Wetan, Bandung Barat, beberapa waktu silam.
Sumber :
  • ANTARA/Hafidz Mubarak A

VIVA.co.id – Keputusan Presiden Joko Widodo menetapkan China sebagai eksekutor penggarap proyek pembangunan kereta cepat atau High Speed Train (HST) Jakarta-Bandung memang sempat membuat Pemerintah Jepang kecewa.

Formasi Tenaga Kerja RI dan China di Proyek Kereta Cepat

Namun siapa sangka, Pemerintah Negeri Sakura tersebut sempat mengutarakan kekecewannya terhadap Indonesia mengenai proyek-proyek infrastruktur strategis yang dicanangkan pemerintah dalam negeri.

Hal ini diungkapkan oleh Deputi Bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Luky Eko Wuryanto, saat berbincang dengan VIVA.co.id beberapa waktu yang lalu.

Syarat China agar Proyek Kereta Cepat Selesai 3 Tahun

“Mereka sempat kesal beberapa kali bukan hanya kereta cepat. Proyek listrik, saya dengar mereka juga kesal, kemudian soal Cimalaya. Tapi, persisnya seperti apa, mereka yang tahu,” kata Luky.

Meski begitu, komitmen Jepang untuk terus membantu program pembangunan infrastruktur dalam negeri masih terlihat. Menurut Luky, hal ini bisa menjadi salah satu sinyal positif bagi Indonesia yang sampai saat ini masih berupaya menemukan investor potensial.

KAI Optimis Kereta Cepat Tak Kurangi Pasar Argo Parahyangan

“Dia (Jepang) tidak bisa menghindar untuk membantu Indonesia. Mereka itu serius sekali. Ini yang mesti dimanfaatkan,” ujar dia.

Luky mengatakan, pemerintah memang saat ini memberikan “jatah” kepada China untuk proyek infrastruktur strategis. Namun, Jepang pun tidak bisa dilupakan begitu saja, karena ada hubungan bilateral yang sangat erat antara kedua negara.

“Istilahnya, China itu sekarang gadis cantik. Tetapi yang tua (Jepang) jangan dilupakan. Apalagi dengan status dia yang sudah lama,” tutur Luky.

Tugas pemerintah saat ini, kata Luky, bagaimana mengoptimalisasi komitmen Jepang untuk menggarap proyek infrastruktur yang memiliki dampak positif bagi masyarakat secara umum. Bahkan, menurutnya, pemerintah tidak perlu repot-repot menawarkan proyek tersebut.

“Jepang tidak usah ditawarkan proyek mana yang akan mereka ambil, karena mereka sudah tahu. Mana yang mereka anggap menarik sebagai lambang persahabatan negara, mereka sudah tahu semua,” kata Luky.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya