Tewasnya Dua Pegawai Pajak, Sentilan Bagi Pemerintah

Aktivitas pajak.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Tewasnya dua orang pegawai Direktorat Jenderal Pajak akibat penusukan yang dilakukan oleh seorang Wajib Pajak (WP) yang menunggak pajak di daerah Sibolga, Sumatera Utara,  menjadi sentilan keras bagi pemerintah untuk segera berbenah diri.

Demi Pokemon, Pelajar SMA Bunuh Siswa SD
 
Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo mempertanyakan perlindungan bagi para abdi negara yang memang menjalankan tugas, demi kepentingan negara. Sikap primitif yang ditujukan oleh para WP 'nakal' diharapkan mampu mengetuk hati pemerintah untuk segera melakukan perubahan.
Tarif Pajak RI Bakal Diturunkan?
 
Baca juga:
Pria Ciputat Ditemukan Tewas dengan Tangan, Kaki Terikat
 
"Presiden sudah menginstruksikan untuk mengusut tuntas, tapi itu tidak cukup. Ini momentum berbenah, dan mengambil langkah besar. Bukan sekedar empati dan retorika," ujar Prastowo di Jakarta, Rabu 13 April 2016.
 
Prastowo mengatakan, rencana pemerintah untuk segera mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) tentang perlindungan hukum bagi para fiskus pajak sampai saat ini justru tidak pernah terealisasi. Padahal, hal itu jelas sangat diperlukan.
 
"Entah (Inpres) itu terselip di laci mana. Ini bukan hanya perkara administrasi, melainkan soal keberpihakan kepad mereka yang paling rentan dan berisiko," katanya.
 
Menurutnya, Presiden beserta para jajarannya memang diberikan kewenangan untuk membuat kebijakan dan aturan, termasuk memberikan instruksi suatu kerja sama permanen antara Direktorat Jenderal Pajak dan aparat Kepolisian. Upaya tersebut jelas juga harus ditopang dengan anggaran yang jelas.
 
Prastowo berharap, kejadian tersebut menjadi yang terakhir menimpa para fiskus pajak. Reformasi perpajakan secara menyeluruh pun diharapkan mampu segera direalisasikan oleh pemerintah.
 
"Kepada para penguasa dan pejabat, saat ini kepemimpinan Anda diuji. Bukan hanya sekedar retorika yang indah atau karangan bunga, tapi kesediaan menjadi yang terdepan dalam mengambil alih tanggung jawab dan risiko," tegas dia.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya