Kisah Suram di Balik Kemewahan Industri Fesyen

Model dengan matel bulu
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Sebuah film dokumenter membongkar kesuraman di balik kemewahan industri fesyen, karena menggunakan bulu dan kulit hewan sebagai bahan baku. Ini membuat perdagangan kulit dan bulu hewan kembali merajalela.

Mengenal Gurun Atacama, Tempat Pembuangan Pakaian Gak Laku

Film dokumenter berjudul This World: Inside the Billionaire's Wardrobe, dengan presenter Reggie Yates tersebut menyelidiki proses produksi dan penjualan bahan pembuatan barang mewah, seperti syal, mantel bulu dan tas kulit.

Reggie mengaku belajar tentang perdagangan bagian tubuh hewan saat melakukan perjalanan keliling dunia. Dia bertemu dengan desainer yang menjadi pelanggan miliarder dari China dan Rusia.

Dari Fesyen hingga Kuliner, Trademark Market Jadi Panggung Multisektor Industri Kreatif

Dia juga bertemu dengan Dana Thomas, seorang pengamat mode yang menjelaskan bahwa meskipun bulu dilihat sebagai hal yang tabu dalam beberapa tahun terakhir, namun kembali dicari saat ini.

"Setelah resesi tahun 2007, banyak generasi baru super kaya. Mereka tidak pernah memiliki indoktrinasi untuk melawan memakai bulu, karena mereka punya uang untuk membelinya," katanya, seperti dilansir dari Daily Mail.

Peragaan Busana Kolaborasi Antara CCI dan Desainer Indonesia Jadi Sorotan di Cotton Day 2023

Setelah itu, Reggie mengunjungi Igor Gulyaev, desainer Rusia yang memiliki sebuah butik bulu mewah di Moskow. Dia menunjukkan berbagai mantel bulu yang terbuat dari spesies kucing liar dan rubah.

"Jangan berpikir tentang hewan, berpikir tentang keindahan. Ketika Anda pergi ke supermarket, membeli daging, sosis, apakah Anda berpikir tentang hewan?" kata Igor.

Kemudian, Reggie pergi ke daerah terpencil Siberia, di mana dia bertemu dengan Vladim, seorang pemburu musang. Ketika menemani Vladim berburu, mereka berhasil menangkap salah satu hewan langka tersebut. Menurut Vladim, dia bisa menjual bulu hewan itu sekitar Rp1,2 juta hingga Rp1,3 juta.

Selanjunya Reggie menuju ke tempat pelelangan di St Petersburg, Rusia. Ada sekitar 260 ribu kulit hewan yang dijual dan dibutuhkan sekitar 40 hewan untuk membuat satu mantel. Ada sekitar Rp264 miliar dihabiskan dalam lelang bulu musang tersebut.

Sementara tujuan berikutnya adalah peternakan bulu, di sana banyak puluhan musang, rubah Arktik dan spesies kucing liar dalam kandang. Ketika berbicara kepada Dana pada akhir perjalanannya, Dana mengatakan bahwa bulu kembali digemari karena banyak kaum kaya ingin terlihat modis dengan pakaian berbulu.

"Jika itu adalah tren saat ini, maka desainer memiliki kekuatan yang begitu besar, karena membuatnya bisa menembus seluruh budaya kita," ungkap Dana

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya