Wapres Optimis Ekonomi RI Mampu Tumbuh di Tengah Gejolak

Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Lilis Khalisotussurur.

VIVA.co.id – Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh di tengah tantangan gejolak ekonomi global yang penuh ketidakpastian saat ini. 

SBY Minta Pemerintah Tak Cuma Sibuk Urus Harga Daging

Menurutnya, jika target pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,3 persen bisa tercapai, hal itu merupakan capaian terbaik.

"Target lima persen suatu pencapaian yang baik, di tengah kondisi ekonomi seperti ini. Sekarang harga komoditas sudah berada di titik terendah," kata Wapres, saat membuka acara Asosiasi Pasar Keuangan (ACI) 2016 World Congress di Jakarta, Jumat 29 April 2016.

JK Klaim Bisa Turunkan Harga Daging Jadi Rp60 Ribu/Kg

Wapres mengakui, sejak tahun lalu, kondisi ekonomi global semakin menunjukkan ketidakpastian, sehingga berdampak buruk bagi emerging market, atau pasar negara berkembang. Hal itu, dapat dilihat dari pergerakan kurs mata uang, indeks harga saham gabungan, dan suku bunga.

Dia mengimbau, upaya menjaga stabilitas ketiga indikator tersebut perlu dilakukan secara sinergi oleh masing-masing otoritas. Sebab, suatu pertumbuhan ekonomi yang baik akan dinikmati sektor keuangan. 

Daya Beli Belum Stabil, Alasan Pengusaha Tak Ekspansi

"Tetapi, kalau krisis ekonomi, sektor keuangan yang pertama kali kena," ucapnya.

Pada dasarnya, Wapres menjelaskan, sejauh ini angka pertumbuhan ekonomi Indonesia, terbilang stabil di kisaran lima persen. Untuk ukuran Asia, ekonomi Indonesia berada di tengah-tengah. 

"Tidak terlalu rendah dan tidak ketinggian juga. Sehingga, bisa tumbuh pada batas-batas yang baik," ujarnya.

Selain itu, dia menambahkan, ekonomi domestik tetap berpotensi untuk terus tumbuh ke angka yang lebih besar, karena ditopang oleh sumber daya alam (SDA) dan SDM. Dia berharap, hal itu bisa menjadi pasar dan tempat berinvestasi yang baik.

Di samping itu, dia mengatakan, sistem keuangan Indonesia sulit bersaing dengan negara lain, selama bisnis di sektor riil dibayangi tingkat suku bunga tinggi. 

Dengan demikian, diperlukan kerja sama dalam usaha pengambil kebijakan konter dalam menurunkan suku bunga. "Agar bisa bersaing dengan negara-negara lain," tuturnya.

Wapres berharap, otoritas keuangan maupun moneter bersama otoritas fiskal bisa mengoptimalkan koordinasi, agar ekonomi nasional tidak terjebak defisit yang tinggi, baik defisit fiskal maupun transaksi berjalan.

"Indonesia juga tidak ingin terjebak pada masalah utang yang tinggi, makanya perlu menjaga stabilitas. Agar, defisit tetap terjaga," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya