Bayer Akuisisi Perusahaan Pertanian AS Senilai US$62 Miliar

Logo Bayer
Sumber :
  • Reuters/Marco Bello

VIVA.co.id – Perusahaan bahan kimia raksasa Jerman, Bayer, menyatakan telah melakukan penawaran akuisisi terhadap perusahaan pertanian asal Amerika Serikat, Monsanto, senilai US$62 miliar.

Bertemu Menkeu G20, Sri Mulyani Ungkap Pandangannya soal Kondisi Ekonomi Dunia

Dilansir Channel News Asia, Selasa 24 Mei 2016, akuisisi ini merupakan pengambilalihan terbesar yang pernah terjadi oleh perusahaan Jerman. Bayer menyatakan, telah membuat penawaran untuk Monsanto sebesar US$122 per saham secara tunai, atau total US$62 miliar.

Monsanto adalah perusahaan pemasok benih tanaman, pestisida, dan tanaman rekayasa genetik terbesar di dunia. Pihak Bayer menyebut Monsanto sebagai mitra sempurna untuk bisnis pertanian mereka.

Alasan Bank Dunia Pangkas Proyeksi Ekonomi Global 2023 Jadi 1,7 Persen

Merger ini juga dinilai sebagai kesempatan yang luar biasa untuk menciptakan sebuah pemimpin global dalam industri pertanian. Menurut Wall Street Journal, kedua perusahaan secara bersama-sama, akan dapat menguasai sekitar 28 persen penjualan pestisida dan herbisida.  

CEO Bayer, Werner Baumann mengatakan, perusahaan harus tegas mengatasi tantangan dan reputasi Monsanto di Eropa. "Merek kami berdiri untuk tanggung jawab, transparansi, dan keterbukaan," katanya.

5 Ancaman di Tahun 2023, Ketahui untuk Tidak Terkena Dampaknya!

Langkah akuisisi dipandang analis menuai risiko bagi citra Bayer, terutama di Jerman. Ini, karena kontroversi tentang bahaya kesehatan dari pestisida glifosat yang dipasarkan Monsato dan skeptisme terhadap praktik tanaman paten.

Bayer mengharapkan, sinergi dari merger ini akan mendongkrak pendapatan sekitar US$1,5 miliar setiap tahun, setelah tiga tahun. Akibat pengumuman tersebut, saham Bayer anjlok 3,5 persen menjadi sekitar 86,5 euro, atau Rp1.323.450 per saham (kurs Rp15.300). Dikarenakan, kekhawatiran investor bahwa Bayer menawar terlalu tinggi untuk mengakuisisi Monsanto. (asp)

Ilustrasi peluang dan strategi bisnis di era ekonomi digital.

Negara Ini Bakal Salip Amerika Serikat, tapi Bukan China

Lembaga perbankan Goldman Sachs kembali merilis laporannya terkait ramalan ekonomi dunia. Mereka menjelaskan bahwa India akan menyusul Amerika Serikat (AS), bukan China.

img_title
VIVA.co.id
12 Juli 2023