BI: Suku Bunga Fed Tak Naik, Rupiah Menguat

Gubernur Bank Sentral AS (The Fed), Janet Yellen.
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id – Keputusan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), Janet Yellen untuk tidak menaikkan suku bunga pada Juni membuat Bank Indonesia memproyeksikan laju rupiah sepanjang tahun ini akan bergerak di kisaran Rp13.600 per dolar AS.

Ekonom Prediksi BI Tahan Suku Bunga Acuan di 6 Persen, Ini Faktornya

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengungkapkan, belum membaiknya data perekonomian Paman Sam bulan ini memang membuat Yellen menahan untuk tidak menaikkan Fed Fund Rate (FFR).

"Kalau pertumbuhan ekonomi AS tidak sebaik perkiraan justru membuat rupiah menguat (dari sisi eksternal)," kata Agus Marto, dalam rapat kerja bersama Komisi XI di Gedung Parlemen Jakarta, Selasa, 7 Juni 2016, malam.

BI Sebut Perlambatan Ekonomi 2024 Dipengaruhi Negara-negara Eropa dan China

Akan tetapi, Agus Marto melanjutkan, sinyal The Fed untuk menaikkan FFR pada Juli akan semakin kuat. Artinya, pernyataan tersebut kemungkinan besar sudah diantisipasi oleh para pelaku pasar keuangan.

Terlepas dari hal itu, bank sentral tetap mencermati keluarnya arus modal (capital reserve) yang masuk ke dalam pasar keuangan nasional, sehingga berpotensi menyebabkan pelemahan terhadap laju rupiah.

The Fed Diproyeksi Pangkas Suku Bunga pada Semester II, Apa Dampaknya ke RI?

Sebagai informasi, pemerintah melalui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2016 mencantumkan asumsi kurs rupiah pada rentang Rp13.500-13.800, menguat dari proyeksi yang ditetapkan dalam APBN sebesar Rp13.900 per dolar AS.

Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps). Sehingga, suku bunga BI naik menjadi 6,25 persen.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024