- VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id – Dunia telekomunikasi Indonesia tengah menghadapi tantangan berat karena belum kompetitifnya penyediaan layanan komunikasi dan akses informasi, terutama di luar Jawa.
Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo Deva Rachman mengungkapkan salah satu penyedia jasa telekomunikasi melakukan penguasaan pasar yang sangat besar di luar Jawa.
"Salah satu penyelenggara menguasai lebih dari 80 persen pasar telekomunikasi di luar Jawa," keluh Deva melalui keterangan pers yang diterima VIVA.co.id, Sabtu, 18 Juni 2016.
Menurut Deva, jika terjadi penguasaan pasar lebih dari 50 persen, patut dianggap telah terjadi praktik monopoli sehingga negara harus hadir untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat.
"UU tentang Persaingan Usaha mengamanatkan negara harus hadir. Kehadiran penyelenggara lain pun diperlukan untuk menjamin tersedianya layanan komunikasi dan akses informasi yang kompetitif sehingga harga menjadi lebih terjangkau," lanjutnya.
Penyedia layanan yang bersifat monopolistik, sambung dia, membuat masyarakat rentan terhadap penaikan tarif layanan baik secara terang-terangan ataupun diam-diam.
"Survey yang dilakukan kepada pelanggan di luar Jawa menunjukkan mereka harus membayar 7 kali lipat lebih mahal. Pelanggan bahkan sering tidak menyadari adanya penaikan harga dalam segmen-segmen waktu serta hari-hari tertentu," terang Deva.
Di tengah situasi monopoli tersebut, Indosat Ooredoo bertekad menjalankan program tarif telepon Rp1 per detik ke semua operator. Program tersebut telah dimulai sejak 10 Juni 2016.
"Program ini kami jalankan sebagai bagian dari program akuisisi 1 juta pelanggan dalam program Rp1 per detik ke semua operator di luar Jawa," katanya.