Langkah Petani Sayuran Bersaing di Pasar Modern

Petani memanen sayur brokoli
Sumber :
  • Antara/ Anis Efizudin

VIVA.co.id – Petani sayuran Teluk Naga Kabupaten Tangerang, mengaku berhasil memotong rantai distribusi, setelah dalam kurun waktu empat bulan ini berkerja sama dengan pasar modern untuk memasok sayuran segar ke gerai-gerai yang yang mereka miliki di wilayah Tangerang dan sekitarnya.

Konsumsi Makanan Organik Mampu Cegah Kanker, Mitos atau Fakta?

"Kami meraih banyak keuntungan, setelah berkerja sama dengan pasar modern. Karena selain lebih memiliki kepastian, juga produk pertanian kami dihargai lebih tinggi dibanding melalui tengkulak," kata Ketua Kelompok Tani Podomoro Teluk Naga, Suratman, seperti dikutip dari keterangannya, Minggu, 19 Juni 2016.

Suratman mengatakan, terjalinnya kerja sama antara petani Tangerang dengan pasar modern, dijembatani oleh PT East West Seed Indonesia (Ewindo), produsen benih sayuran yang selama ini menjadi pendamping dan mitra petani di kawasan Teluk Naga Kabupaten Tangerang.

Terungkap, Tidak Selalu Produk Pangan Organik itu Lebih Baik

"Hasil bumi yang kami pasok ke pasar-pasar modern merupakan tanaman sayuran daun, seperti chaisim, bayam, kangkung, kemangi, pakchoy yang benihnya diproduksi oleh Ewindo. Semua itu dihargai lebih tinggi di pasar modern, dibanding jika dijual kepada tengkulak," kata Suratman

Suratman mengaku mendapat keuntungan lebih besar, karena berapa pun produk pertanian yang dipasok pasti akan dibeli. Berbeda jika berhubungan dengan tengkulak, di mana pada saat panen raya sayuran tidak jarang petani kesulitan untuk menjual produknya.

Terungkap, Makanan Organik Masih Mengandung Pestisida

"Selisih harganya lumayan, antara Rp500 sampai Rp700. Hal ini yang membuat kami semangat untuk menjalin kerja sama," kata Suratman yang telah bertani sejak tahun 2004.

Suratman mengaku bersama-sama dengan petani sayur lainnya di kawasan tersebut, telah memasok 1.500 sampai 2.000 ikat sayuran setiap harinya (sekitar 250 gram per ikatnya).

Untuk kelangsungan pasokannya, Suratman optimistis tidak akan mengalami kendala. Sebab, kelompok taninya memiliki lahan seluas 26 hektare yang merupakan pertanian irigasi yang mendapat pasokan air dari sungai Cisadane, sehingga tidak khawatir akan kering saat kemarau.

Selain itu, kata Suratman, pihaknya juga secara berkala mendapat dukungan dari Ewindo, terutama untuk bercocok tanam yang modern, efektif, dan aman, sehingga lahannya dapat terus berproduksi secara optimal.

"Kami diajarkan bercocok tanam menggunakan teknologi modern dan benih oleh Ewindo, sehingga memungkinkan panen dilakukan setiap saat," ujar dia.

Petani di kawasan tersebut, saat ini tengah belajar bercocok tanam labu madu, kacang panjang, serta kembang kol. Labu madu dan kembang kol adalah komoditas dengan nilai ekonomis yang tinggi. “Kalau berhasil, maka varian yang dipasok ke pasar modern akan lebih banyak lagi,” kata Suratman.

Sementara itu, Managing Director Ewindo, Glenn Pardede mengatakan, pihaknya menggandeng pasar modern dalam hal ini Super Indo, dalam rangka memotong distribusi dari petani kepada konsumen, sehingga petani tidak lagi bergantung kepada tengkulak.

"Kami akan terus membina petani, agar produksi sayuran yang mereka tanam tetap sesuai standar, sehingga layak untuk dipasok ke supermarket," ujarnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya