Brexit Gagal, Risiko Investasi Indonesia Diprediksi Turun

papan Elektronik menampilkan pergerakan Saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Analis NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, Credit default swap (CDS) atau acuan risiko investasi di Indonesia diprediksi kembali turun hingga akhir tahun ini.

BEI Sebut Pandemi COVID-19 Buat Investor Pasar Modal RI Meningkat

"CDS Indonesia akan turun apabila keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit gagal terealisasi," kata dia dalam keterangan resminya kepada VIVA.co.id, Rabu, 22 Juni 2016.

Menurutnya, prospek CDS hingga akhir tahun akan mengikuti tren penurunan yield obligasi. Kenaikan Fed rate yang hanya satu kali pada tahun ini diprediksi memicu turunnya yield obligasi akibat berkurangnya tekanan dari global.

Terdampak COVID-19, Investor di Pasar Modal RI Justru Naik 30 Persen

Di sisi lain, kata Reza, stabilnya laju inflasi Indonesia diperkirakan akan mendorong penurunan kembali BI rate. Akibatnya, suku bunga kredit juga akan mengalami penurunan. "Demikian juga dengan yield obligasi yang diprediksi ikut terapresiasi," tuturnya.

Selain itu, Reza juga menyampaikan, masuknya dana dari repatriasi tax amnesty juga diprediksi akan menopang penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sehingga akan membuat tingkat risiko semakin mengecil.

BEI: 18 Perusahaan Efek Siap Lakukan Simplifikasi Pembukaan Rekening

"Level CDS obligasi Indonesia tenor lima tahun turun menjadi 193 pada akhir Mei 2016 dari akhir 2015 lalu yang berkisar 230," ujarnya.

Perlu diketahui, semakin tingginya CDS mengartikan bahwa semakin tinggi risiko investasi yang dialami negara tersebut, sehingga potensi negara tersebut bangkrut di mana investor semakin tinggi. 

Dan jika level CDS mengalami hal sebaliknya atau alami penurunan maka yang terjadi adalah kepercayaan investor semakin tinggi dan dapat berujung pada menguatnya nilai mata uang negara tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya