Brexit Bikin Rupiah Keok, Ini Respons Gubernur BI

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA.co.id – Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, angkat bicara mengenai hasil referendum di Inggris hari ini, yang mayoritas warganya menghendaki Britania Raya keluar dari keanggotaan Uni Eropa – yang dikenal dengan istilah Brexit. Perkembangan mengejutkan itu langsung menimbulkan gejolak di pasar uang dunia. 

Miliarder Ini Tawarkan Solusi Penyelamatan Uni Eropa

Menurut Agus, keluarnya Inggris dari Uni Eropa tentu akan mempengaruhi persepsi investor yang selama ini bernaung di pasar saham Inggris. Dana-dana yang selama ini berada di negara tersebut, diyakini cepat atau lambat akan segera mencari pangsa pasar baru yang memang dianggap aman.

“Tentu kami meyakini cukup kaget dunia menghadapi hal ini. Jadi ini disebut dengan periode flight to quality. Dana yang ada di dunia bergerak menuju ke negara yang diyakini aman,” ujar Agus saat ditemui di Kompleks BI Jakarta, Jumat 24 Juni 2016.

Uni Eropa di Persimpangan Jalan

Masa transisi pada periode flight to quality, kata mantan Menteri Keuangan tersebut, tentu memiliki implikasi mata uang setiap negara sekitar. Agus mengatakan, negeri Paman Sam Amerika Serikat dan negeri Sakura Jepang menjadi dua negara yang terkena derasnya aliran dana dari Inggris.

Aliran dana-dana tersebut, pada akhirnya membuat dolar AS dan yen Jepang mengalami penguatan yang cukup signifikkan. Bagi mata uang Garuda sendiri, menguatnya dolar AS secara langsung pasti menghantam laju rupiah. Tercatat laju rupiah pada hari ini mengalami pelemahan.

Paris Bersiap Jadi Pusat Keuangan Eropa

“Rupiah sebetulnya sampai kemarin itu dikisaran Rp13.260 secara year to date, kurang lebih dia penguatan empat persen. Tetapi hari ini, kelihatan melemah mencapai Rp13.400. Itu melemah satu persen,” ujarnya.

Meski begitu, Agus tetap optimistis sentimen ini hanya bersifat sementara, terutama dampaknya terhadap rupiah. Sampai dengan minggu lalu, bank sentral mencatat adanya aliran modal yang masuk mencapai Rp70 triliun. Artinya, persepsi investor terhadap perekonomian nasional sejatinya masih relatif membaik.

“Ini menunjukan bahwa inflow ke Indonesia masih besar. Kami harapkan secara umum Indonesia akan tetap terjaga,” kata Agus.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya