Ekonomi Stabil, BI: Inflasi Ramadan Terkendali

Kantor Bank Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Garry Lotulung

VIVA.co.id – Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi selama Ramadan tahun ini lebih rendah dibanding tahun lalu. Ekonomi makro yang stabil, diklaim menjadi salah satu alasan rendahnya inflasi tersebut.

Agustus 2022 Indonesia Deflasi, Tapi Ada Komoditas Penyumbang Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, total inflasi Juni diperkirakan ada di kisaran 0,5 – 0,6 persen. Inflasi yang terjadi di bulan puasa, biasanya mencapai antara 0,9 hingga 1,2 persen.

"Jadi, ini inflasi yang cukup terkendali dalam masa puasa," kata Mirza di Bank Indonesia Jakarta pada Selasa malam, 28 Juni 2016. 

Memotret Lonjakan Harga di Hari Raya Idul Fitri

Selain itu, dia mengatakan, defisit transaksi berjalan Indonesia berada pada posisi sehat dan utang luar negeri swasta kini sudah mulai terkendali.

"Rasio-rasio makro Indonesia sudah berada pada taraf sehat. Makanya, hari ini kami lihat kurs rupiah sudah mulai stabil," ucapnya.

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Namun, menurutnya suku bunga antarbank sempat mengalami peningkatan dari 4,8 persen menjadi naik 6,5 persen. Bank Indonesia pun merespons situasi ekonomi tersebut, dengan melakukan penambahan likuiditas rupiah mulai Senin kemarin.

Hal itu dilakukan untuk menjaga kurs mata uang Indonesia dan dapat menurunkan nilai suku bunga antarbank. Selain itu, sebagai respons juga dari Bank Indonesia atas kenaikan permintaan jumlah uang yang lebih banyak dalam menyambut Lebaran.

"Setelah kami naikkan likuiditas rupiah di pasar (keuangan), keuangan kembali membaik. Kurs rupiah menguat," tuturnya.

Selain dampak positif dari penambahan likuiditas rupiah, dia pun menilai bahwa pengesahan peraturan baru pengampunan pajak, atau tax amnesty akan mengembalikan sentimen positif terhadap pasar keuangan Indonesia.

Dia menyebutkan, bagi Bank Indonesia yang penting adalah stabilitas kurs rupiah. Sehingga, menciptakan iklim yang kondusif bagi pelaku usaha. 

"Kalau kurs melemah, enggak bagus. Kalau menguat terlalu cepat, juga enggak baik juga," ungkapnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya