Pria Ini Taklukkan Bisnis Uber di China

Founder and CEO Didi Kuaidi, Cheng Wei.
Sumber :
  • Reuters/Jason Lee

VIVA.co.id – Cheng Wei (34), pria yang pernah menjadi asisten kepala perusahaan pijat kaki ini, berhasil mengantongi bisnis Uber di China. Pengambil alihan tersebut disepakati sebesar US$35 juta, atau setara Rp458,6 miliar (kurs Rp13.105 per dolar AS) oleh perusahaan yang sekarang dipimpinnya, Didi Chuxing. 

Kemenko Marves dan Kadin Gelar ISF 2023, Dihadiri Pemimpin Dunia dan Tokoh Bisnis

Dia berhasil menaklukan Uber, setelah beberapa tahun melewati pertempuran yang melelahkan dengan rival bisnisnya itu di bidang transportasi berbasis online.

Di mata investor dan stafnya, Cheng dinilai memiliki kepala dingin, mata yang tajam dan penuh strategi, serta lihai mengontrol emosinya dan sabar saat melakukan negosiasi bisnis. Buktinya, setelah dua tahun menjadi rival Uber, akhirnya dia mampu mencaplok perusahaan itu untuk dapat memperkuat bisnis Didi Chuxing. 

Ciputra Tiada, Bagaimana Kelanjutan Bisnisnya?

Dilansir dari Reuters, Jumat 12 Agustus 2016, gaya kepemimpinannya yang memegang prinsip nasionalisme membuatnya berhasil di Tanah Airnya. Dalam berbagai kesempatan berbicara di depan publik, atau gelaran bisnis, dia selalu merujuk pada sejarah dan kekuatan militer negaranya.

"Dia mungkin salah satu CEO (Chief Executive Officer) yang paling cepat berkembang. Jika bukan yang terbaik, dia adalah sah satu yang terbaik dari tiga orang CEO terbaik (di China)," ujar Managing Partner di GGV Capital, Hans Tung. GGV Capital adalah salah satu investor terbesar di Didi. 

Kenang Ciputra, Mochtar Riady: Orang Luar Biasa yang Perlu Dihormati

Selain pernah bekerja di perusahaan pijat kaki, pria kelahiran 1983 di sebuah kota di provinsi tengara dari Jiangxi ini, juga pernah menjabat sebagai wakil general manager di e-Commerce keuangan, Alipay. 

Pada 2012, akhirnya dia mendirikan Beijing Oranye Technology Co dan meluncurkan Didi Dache, yang berarti panggilan taksi. Saat itulah, debut pertamanya di bidang transportasi online lokal dimulai. 

Tahun berikutnya, Uber masuk ke China. Merespons hal itu, dia menempatkan perusahaannya tidak sebagai rival, tetapi perusahaan lokal yang potensial untuk diajak kerja sama.

Saat ini, GGV Capital yang sebelumnya dikenal bernama Qiming Venture Partners mempertemukan kedua perusahaan tersebut. Dengan harapan, keduanya bisa bersatu untuk meraup pasar besar di China. 

"Saya mendorong Uber untuk berinvestasi di Didi, karena pasar di China tidak mudah retak. Terlalu dini untuk Uber masuk," tambah Zhu. 

Pada 2013 pula, Didi memperkukuh posisinya sebagai raksasa e-Commerce bidang tansportasi online mendapatkan suntikan modal dari Tencent, untuk melawan rivalnya Kuaidi Dache yang kala itu disokong oleh Alibaba. 

Ratusan juta dolar dikeluarkan oleh kedua perusahaan transportasi online itu untuk subsidi bagi para penumpang dan memberikan driver-driver-nya bonus.  

Awal tahun lalu, Didi dan Kuaidi bergabung dan mengakhiri peperangannya, dan kemudian melakukan transpformasi kembali menjadi Didi ChingXing. 

Uber di China, terus mengalami perkembangan, setelah pada akhir 2014, mendapat kan suntikan modal dari Baidu. Penumpang dan driver-nya diberi bonus yang besar, sehingga mampu bersaing dengan perusahaan lokal. 

Namun, pada akhirnya, Didi berhasil mencaplok uber, setelah memperoleh dukungan dari Apple. Bagi Cheng, duduk di janjaran direksi Uber, memiliki arti yang besar. Hal itu membuktikan bahwa perusahaan asing bidang e-Commerce di tanah China, tidak akan menang dengan perusahaan lokal.  (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya