Ide Kreatif Bantal Unik Hasilkan Uang

Windy Astuti Dhanutirto dengan bantal uniknya
Sumber :
  • Romys Binekasri / VIVA.co.id

VIVA.co.id – Bantal kini bukan lagi hanya sekadar pendukung kenyamanan sanggahan di kepala. Masyarakat kini mulai memanfaatkan sebagai hiasan dekoratif hingga menjadi benda kesukaan dari mulai anak-anak hingga orang dewasa.

E-Commerce Menggeliat, Industri Logistik Cemerlang pada 2022

Windy Astuti Dhanutirto, menjadi salah satu pelaku usaha yang menekuni kerajinan berbahan dasar bantal sejak awal tahun 2011. Produk yang ditawarkan terbilang unik dengan mengambil konsep kerajaan binatang yang diberi nama Jumba-Jamba.

Setiap boneka bantal merupakan anggota yang diberi nama unik dan karakter yang berbeda. Karakter-karakter di Jumba-Jamba di antaranya, burung hantu, rubah, gajah, ayam, penguin, kupu-kupu, burung, dan ayam.

Kembangkan Bisnis Petani, Pria Ini Ubah Kopi Jadi Karya Seni

Windy mengaku, ide tersebut muncul setelah ia memutuskan resign dari profesi marketing sebuah perusahaan iklan. Ia terbiasa bekerja dengan melahirkan sebuah ide berkonsep yang diterapkan dalam sebuah produk.

Sedikit bercerita, pekerjaannya yang melibatkan proses dari ide, riset, hingga lahirnya produk membutuhkan waktu yang lama membuatnya geregetan. Sehingga, ia memutuskan untuk terjun langsung menjadi wirausaha.

E-Commerce dan Tantangannya Jelang Harbolnas

"Aku nggak ada latar belakang craft sama sekali, nggak ngerti cara jahit, jadi cuma bahan tempel pakai lem, jadi. Nah, temanku liat, tertarik pesen dua buat anaknya. Wah kayaknya bisa aku bikin usaha. Tapi nggak pake lem karena nggak aman buat anak. Belajar jahit dari youtube," kata dia saat viva.co.id menyambangi kediamannya di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. 

Windy mengaplikasikan produknya dengan konsep adopsi. Sebab, menurutnya, banyak anak menganggap benda kesayangan seperti layaknya anggota keluarga. Sehingga ia ingin konsumen menjadikan karakter-karakter di Jumba-Jamba sebagai anggota keluarga mereka. Pemilihan konsep binatang pun telah dipikirkan agar anak dapat mencakup semua gender.

"Aku bikin bantal tapi tidak mau hanya sekadar bikin bantal. Mungkin kebiasaan berfikir marketing kalau bikin tidak sekadar jual produk. Jadi harus berkonsep. Apa ya kebiasaan ibu dan anak untuk bantal itu apa ? Buat main dan tidur. Kebiasaan tidur itu suka ada kebiasaan mendongeng. Biasanya kan ada karakter kayak si kancil anak nakal atau putri siapa, tapi saya mikir mendingan bikin satu kerajaan bantal binatang," tuturnya.

Bantal unik kreasi  Jumba-Jamba

Semua desain karakter bantal boneka Jumba-Jamba Wendy sendiri yang membuatnya, di samping ia tetap menerima pesanan khusus dari konsumen. Desain khusus biasanya dibuat untuk hadiah atau suvenir anak yang berulang tahun. "Produk paling favorit adalah jenis owl (burung hantu)," ujarnya.

Lewat online

Dalam memasarkan produknya dilakukan dengan dua cara yaitu online www.jumbajamba.com dan sistem konsinyasi dengan beberapa toko ritel modern di Bandung, dan Bali. Sementara di Jakarta baru rencana lantaran peminat belum banyak. Di samping itu, juga sering mengikuti pameran kerajinan tangan seperti bazar yang banyak mendatangkan kontrak kerja sama.

Dalam melakoni perjalanan bisnisnya, banyak kendala dan pelajaran berharga yang ditemui. Pertama, Windy kesulitan mencari karyawan yang benar-benar cocok untuk menggarap proyek-proyeknya.

"Jadinya aku, Ibuku satu asisten, dua orang freelance. Karena lebih baik gitu, karena kalau freelance per projek. Ada pesanan mereka kerjain projekku tapi mereka bisa ngerjain projek yang lain jadi lebih banyak kebebasan kerjaan mereka," ujarnya.

Kedua, Ia mengaku sempat salah satu dalam menentukan harga produk di awal berbisnis. Bahkan beberapa kali merasa salah mengambil peluang kerja sama dengan tidak mempelajari partner terlebih dahulu.

"Terus, waktu lagi semangatnya di awal aku ikut bazar. Waktu itu bulan puasa di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Aku lupa, bukan puasa orang cenderung cari baju dan kue lebaran. Jadi aku belajar tidak semua opportunity harus diambil," ujarnya.

Ketiga, pengenaan biaya pengiriman yang cukup mahal jika ada pesanan dari luar negeri. Meskipun produknya ringan, namun dikenakan biaya volume. 

"Nggak jadi kerja sama karena mahal pengiriman. Selain Singapura, pembeliku dari Brunei, Jepang, Australia, Amerika, dan Eropa. Biasanya dalam jumlah kecil, karena mereka tahu mahal pengiriman," tuturnya.

Budget awal, Windy mengeluarkan kocek sekitar Rp5 juta untuk membeli bahan serta motif produknya. Saat ini ia memprediksi sekitar 350 produk per bulannya. 250 untuk ritel dan 100 lagi untuk custom di online shopnya yang dibandrol dari harga Rp35 ribu untuk bantal berukuran kecil hingga Rp270 ribu yang berukuran besar. Omzet yang diperoleh tiap bulannya saat ini mencapai Rp10 juta.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya