Cara Gubernur BI Tingkatkan Akses Keuangan Rakyat Indonesia

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Sumber :
  • Chandra G Asmara / VIVA.co.id

VIVA.co.id – Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan akses keuangan yang masih rendah, seperti survei pada 2014, yang baru mencapai 36 persen berdasarkan survei bank dunia. 

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Angka ini akan di dongkrak naik, di mana pada 2019, yang ditargetkan mencapai 75 persen dan pada 2023 ditargetkan 90 persen. 

Agus juga menyebutkan bahwa angka indeks keuangan inklusif yang mencapai 36 persen. Itu tentunya, masih jauh di bawah negara lain yang sudah ada di angka 50 persen. 

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

"Strategi yang utama adalah akses keuangan lewat uang elektronik dan LKD (Layanan Keuangan Digital). LKD sudah ada 101 ribu agen dan akan bisa capai jangkau luas masyarakat Indonesia secara efektif, saya yakin kita bisa mencapai akses keuangan bagi 90 persen penduduk Indonesia (pada 2023)," kata Agus di Kantor Bank Indonesia, Jumat 2 September 2016. 

Tak hanya itu, kata dia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui agen laku pandai, atau branchless banking akan semakin membantu peningkatan jumlah masyarakat yang "melek" keuangan. 

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

"BI dengan e-money itu bisa jangkau masyarakat yang membutuhkan. Kita juga bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah," ungkap Agus. 

Selain itu, lanjut dia, dalam Rapat Kabinet Terbatas (Ratas), telah diputuskan bahwa seluruh penyaluran dana Bantuan Sosial (Bansos) dan Jaminan Sosial harus disalurkan melalui non tunai (cashless). 

"itu berlaku di pemerintah pusat dan daerah. Mendagri (Menteri dalam negeri) juga diminta mengarahkan untuk menyalurkan jamsos dan bansos lewat elektronifikasi," kata dia. 

Jika arahan penyaluran bansos melalui non tunai bisa terjadi, sudah tentu indeks keuangan inklusif Indonesia akan semakin menanjak tajam. 

"Kalau dana bansos betul-betul disalurkan dengan sistem non tunai, ini bisa membangun dan meningkatkan indeks FI (Financial Inclusion) kita. Ke depan, diharapkan bisa lebih efisien dengan datangi agen-agen (laku pandai), atau sistem dengan HP (handphone) itu," katanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya