Tiga Penyebab Krisis di Indonesia Versi Boediono

Boediono.
Sumber :
  • VIVAnews/Alfin Tofler

VIVA.co.id – Wakil Presiden RI di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Prof. Dr. Boediono, mengatakan dalam perjalanan panjang krisis ekonomi Indonesia, mulai krisis pasca kemerdekaan hingga 1998, ada tiga penyebab yang kerap menjadi faktor utama.

Ini 5 Tips Atur Keuangan Keluarga untuk Hadapi Krisis Ekonomi

Pertama, di era pra dan pasca kemerdekaan itu, krisis ekonomi berwujud kondisi kelaparan, karena minimnya sumber makanan dan rendahnya daya beli masyarakat akibat kebijakan pemimpin kala itu.

"Krisis yang kita alami sejak tahun-tahun silam itu biasanya perihal kelaparan, yang ada kaitannya dengan politik khas raja-raja atau pemerintah kala itu," kata Boediono dalam acara peluncuran bukunya berjudul 'Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah', di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 15 September 2016.

Menlu China: Serangan COVID-19 Bikin Ekonomi Global Terperosok

"Tapi ada juga faktor alamiah lainnya, seperti misalnya masalah musim, seperti badai el nino, yang menjadi siklus dan selalu hadir di setiap zaman," Boediono menambahkan.

Selain itu, Boediono juga menganggap turunnya harga ekspor utama Indonesia, juga kerap menjadi penyebab krisis ekonomi di negeri ini.

Sri Mulyani Ungkap Dilema Ambil Kebijakan di Masa Krisis

"Yang kedua adalah faktor turunnya harga ekspor utama kita, baik dulu, sekarang, dan di masa-masa yang akan datang. Inilah salah satu penyebab krisis yang harus kita antisipasi, di mana kita harus merumuskan langkah-langkah penanganan yang tepat," tuturnya.

Kemudian, faktor penyebab krisis yang ketiga bagi Indonesia, adalah karena adanya dampak dari gejolak ekonomi dan finansial global, yang berefek pada sejumlah sektor ekonomi nasional.

Hal ini utamanya akan semakin terasa dalam perekonomian Indonesia, apabila tingkat ekspor dan impor Indonesia sedang tinggi di kala krisis finansial global terjadi.

"(Penyebab krisis) yang ketiga, adalah ledakan-ledakan di bidang finansial global. Inilah hal yang saya kira akan makin banyak kita hadapi ke depannya. Dan itu biasanya akan sangat eksplosif, meledak dengan cepat, dan harus kita tangani dengan cepat dan tepat pula," urainya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya