RI Berpotensi Butuh Utang Tambahan Rp44 Triliun

Tumpukan uang rupiah pecahan lima puluh ribu.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan outlook defisit anggaran pada tahun ini berpotensi mencapai 2,7 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini jauh melebar, dari target dalam kas keuangan negara perubahan sebesar 2,35 persen, dan outlook sebelumnya di angka 2,5 persen.

Ada Proyek Ibu Kota Baru, Sri Mulyani Jaga Defisit APBN Sesuai Target

Sebelumnya, pemerintah memperkirakan adanya penambahan pembiayaan untuk menambal defisit di angka Rp37 triliun. Opsinya, adalah dengan menambah pinjaman luar negeri, atau penerbitan dan lelang surat utang negara. Namun, angka tersebut justru berubah menjadi lebih tinggi.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dari Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan, dalam konferensi pers di kantornya mengatakan – berdasarkan kajian yang dilakukan – apabila defisit melebar hingga mencapai 2,7 persen, maka akan ada tambahan pembiayaan sebesar Rp27 triliun.

Defisit APBN Oktober 2021 Capai Rp548,9 Triliun

Sedangkan dalam kajian sebelumnya, apabila defisit menyentuh angka 2,5 persen terhadap PDB, maka penerbitan gross Surat Berharga Negara mencapai Rp628 triliun untuk menambal defisit atau tambahan biaya sebesar Rp17 triliun.

Dengan demikian, bila tambahan pembiayaan Rp27 triliun itu digabungkan dengan angka perkiraan awal di atas, Indonesia bisa saja butuh tambahan utang Rp44 triliun. Berdasarkan kajian terbaru itu, maka penerbitan SBN bisa menjadi Rp655 triliun.

Sri Mulyani Prediksi Dua Hal ini Buat Defisit APBN 2022 Lebih Rendah

“Kajian kami, akan ada penambahan penerbitan sebesar Rp27 triliun,” jelas Robert, Rabu 21 September 2016.

Robert mengatakan, pemerintah hanya akan menerbitkan surat utang dengan denominasi rupiah, dan sama sekali tidak berencana menerbitkan surat utang dalam bentuk luar negeri. Pemerintah, kata Robert, optimistis penerbitan tambahan ini mampu diserap oleh pasar.

“Kami perkirakan penerbitannya selesai minggu pertama November 2016. Marketnya bisa diserap, karena masih banyak waktu dan masih sesuai,” ungkapnya.

Tertolong Front Loading

Robert meyakini, pemerintah tidak perlu memanfaatkan lelang surat utang pada periode Desember. Menurutnya, lelang hingga akhir bulan November mampu mengkompensasi penambahaan pembiayaan, seandainya defisit benar-benar menembus angka 2,7 persen terhadap PDB.

“Ini memang bisa terjadi karena pelaksanaan lelang awal tahun (front loading) yang kami lakukan. Ini menolong kami, sehingga ketika ada pelebaran defisit, kami masih punya jadwal cost yang bisa dipakai untuk menutup pelebaran defisit,” kata dia.

(ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya