Pertumbuhan Ekonomi RI Ditopang Konsumsi Masyarakat

Bulan konsumsi
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan, perekonomian Indonesia pada 2015 lalu tumbuh sebesar 4,8 persen. Dan di tahun ini, ADB memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5 persen.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Direktur ADB Indonesia, Steve Tabor mengatakan, walaupun terlihat ada sedikit peningkatan, namun sebenarnya target pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2016 ini sedikit lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya, yakni sebesar 5,2 persen.

"Kami memperkirakan ekonomi (Indonesia) tumbuh 5 persen di tahun ini," kata Steve di kantor ADB Indonesia, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa 27 September 2016.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Steve menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2016 yang sebesar 4,92 persen, dan di kuartal II 2016 sebesar 5,1 persen, sedikit banyak telah ikut mempengaruhi kondisi tersebut.

Selain itu, lanjut Steve, faktor pendorong utama pertumbuhan dalam dua periode tersebut adalah faktor konsumsi masyarakat yang meningkat, terutama di momen khusus seperti lebaran. Sebab, pada momen perayaan hari besar semacam itu tingkat konsumsi masyarakat lebih besar dari biasanya

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

"Konsumsi masih menjadi pendorong utama perekonomian. Hal ini seperti yang terjadi pada 2015," ujarnya.

Namun, dari sisi investasi, Steve mengatakan jika kondisi yang ada tampaknya tidak seperti yang diharapkan. Dirinya menjelaskan, pada semester I 2016 belanja pemerintah memang terealisasi cukup cepat, namun hanya terbatas pada belanja infrastruktur.

Steve menyebut, kebijakan pemerintah yang melakukan pemotongan dan penundaan belanja akibat kondisi keuangan negara yang kurang memadai, nantinya juga akan mengurangi belanja infrastruktur itu sendiri.

Sementara untuk sektor investasi swasta, ia mengatakan jika tidak akan ada yang mengalami peningkatan secara signifikan. Sebab, walaupun pemerintah sudah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi, namun mereka pun memang masih lemah dalam melakukan reformasi struktural.

"Selain itu, memang ada pengaruh global yang membuat perusahaan sulit ekspansi, dan dari dalam negeri permintaan kredit itu juga masih rendah," kata Steve.

"Inflasi 2016 diperkirakan 3,5 persen. Ini dikarenakan langkah pemerintah dalam mengendalikan harga, khususnya bahan pangan. Kemudian untuk defisit transaksi berjalan, diproyeksikan terkendali di 2,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya