Menguatnya Rupiah, Ini Kata Bank Indonesia

Konsultasi tax amnesty di Jakarta
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside

VIVA.co.id – Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan, penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dalam beberapa hari terakhir yang berada level Rp12.000 saat ini, memang murni karena faktor eksternal yang jauh lebih terkendali.

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

“Kondisi eksternal yang terkendali itu, terutama sejak AS menyatakan tidak akan menaikkan FFR (Fed Fund Rate) pada September,” ujar Agus, saat ditemui di Kompleks Parlemen Jakarta, Kamis 29 September 2016.

Menurut Agus, bank sentral AS memang telah dipastikan hanya akan menaikkan suku bunga acuan satu kali, yakni di akhir tahun ini. Hal tersebut pada akhirnya memberikan kepastian, dan tidak memberikan sentimen negatif di pasar keuangan.

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

Belum lagi, lanjut Agus, ditambah dengan debat calon Presiden negeri Paman Sam tersebut, yang juga memberikan sedikit keyakinan pada pasar keuangan, termasuk di indonesia. Sehingga, memberikan pengaruh terhadap penguatan mata uang Garuda.

Dari sisi dalam negeri, laju inflasi yang cukup terkendali, karena masih berada di batas bawah target bank sentral sebesar empat plus minus satu persen, serta pertumbuhan ekonomi yang masih relatif tumbuh positif dianggap memberikan pengaruh positif kepada laju rupiah.

BI Terbitkan Aturan Ketentuan Intensif untuk Perbankan

“Kita cukup kuat, karena reformasinya tidak hanya di sektor moneter dan fiskal, tetapi juga di sektor riil,” tuturnya. (asp)

Ilustrasi dolar AS

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Angka utang luar negeri tersebut turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$415,3 miliar.

img_title
VIVA.co.id
15 Maret 2022