Harga Gas Turun, Minat Investasi di Bintuni dan Masela Naik

Pemanfaatan Gas Bumi untuk Industri
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan bahwa rencana penyesuaian harga gas untuk industri yang akan diturunkan menjadi sebesar US$5 hingga US$6 per Million Metric British Termal Unit (MMBTU), ternyata menarik minat investasi di berbagai wilayah di Indonesia. 

Harga Gas Murah Industri Bikin Pemasukan Negara Hilang Rp 15,70 Triliun

"Penyesuaian harga gas industri telah menarik investor. Hal ini dibuktikan, dengan komitmen investasi beberapa perusahaan petrokimia yang akan membangun pabrik methanol dan turunannya di beberapa lokasi," kata Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri Kemenperin, Dyah Winarni Poedjiwati, di Menara Batavia, Jakarta, Kamis 6 Oktober 2016. 

Ia merincikan peningkatan minat investasi yang pertama adalah investasi pembangunan industri petrochemical to oleofin berbasis gas di Teluk Bintuni oleh PT Pupuk Indonesia, Sojitz, Ferrostaal, dan LG dengan nilai investasi sebesar US$4,12 miliar, atau setara Rp53,5 triliun (kurs Rp12.990 per dolar AS). 

Kebijakan Harga Gas Diharapkan Dukung Keberlanjutan Industri Migas Nasional

"Pembangunan ini diharapkan dapat dimulai pada tahun 2017, dan mulai beroperasi pada tahun 2021," kata dia. 

Yang Kedua, lanjut dia, pembangunan industri amonia berbasis gas bumi di Banggai, Sulawesi Tengah, dengan nilai investasi sebesar US$744 juta, atau serta Rp9,6 triliun yang pada saat ini pembangunan EPC (Engineering, Procurement and Construction) telah mencapai 40 persen dan diharapkan dapat selesai pada 2019. 

Kebijakan Harga Gas Murah untuk Industri Dievaluasi Pemerintah

Sementara itu, yang ketiga, lanjut dia, adalah pembangunan industri petrokimia berbasis gas di Masela, Maluku, dengan total investasi sebesar US$3,9 miliar, atau serta Rp50,6 triliun yang diharapkan dapat segera beroperasi dalam waktu dekat. 

Secara keseluruhan Investasi tersebut, akan menyerap sekitar 57 ribu tenaga kerja langsung dan sekitar 590 ribu tenaga kerja tidak langsung, dan diharapkan akan berkontribusi terhadap peningkatan nilai tambah sebesar Rp42,3 triliun, serta menghemat pengeluaran negara sebesar Rp42,9 triliun dari subsitusi impor. 

"Di samping itu, investasi tersebut juga memberikan potensi peningkatan pendapatan negara dari sektor pajak sebesar Rp5,1 triliun," kata dia. 

Menurutnya, Pembangunan pabrik petrokimia dan amonia berbasis gas bumi di Teluk Bintuni, Banggai, dan Masela diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, mendukung pemberdayaan masyarakat, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan timur. 

"Berdasarkan kajian, pembangunan ini akan memberikan tambahan PAD (Pendapatan Asli Daerah) sebesar Rp590 miliar dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara signifikan," kata dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya