- REUTERS/Darren Whiteside/Files
VIVA.co.id – Bank Indonesia (BI) mewaspadai adanya guncangan yang terjadi di pasar keuangan global, jelang debat jilid dua calon Presiden Amerika Serikat, antara Hillary Clinton dari Partai Demokrat, dan Donald J. Trump dari Partai Republik.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengungkapkan, apabila memang nantinya hasil debat calon Presiden AS menyebabkan sedikit guncangan di pasar keuangan, maka bank sentral memastikan akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
“Pilpres AS akan kami monitor. Apakah Hillary yang menang ada dampaknya kepada dolar, atau Trump yang menang akan ada dampak ke dolar. Intinya, BI akan ada di pasar kalau ada gejolak,” jelas Mirza, saat ditemui di Kompleks BI Jakarta, Jumat 7 Oktober 2016.
Meski begitu, otoritas moneter meyakini bahwa apapun yang terjadi pada hasil debat tersebut tidak akan memberikan pengaruh terlalu signifikan terhadap pergerakan mata uang dolar, yang tentunya akan berimplikasi terhadap sejumlah mata uang negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Menurut Mirza, kestabilan nilai tukar rupiah memang lebih mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang sesungguhnya. Maka dari itu, bank sentral tidak ingin rupiah tidak terlalu menguat, ataupun terlalu melemah lebih dalam.
“Dengan stablitas kurs, importir yang membutuhkan valuta asing untuk membayar impor bisa lebih memprediksi. Sedangkan eksportir yang menerima valuta asing, kalau kurs stabil mereka bisa confident (yakin) menjual valuta asingnya,” katanya.
Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, pada Jumat 7 Oktober 2016, rupiah berada di posisi Rp13.002 per dolar AS, atau melemah dari perdagangan Kamis kemarin yang sebesar Rp12.992 per dolar AS. (asp)