Diversifikasi Pasar dan Produk Fokus RI Tingkatkan Ekspor

Bisnis ekspor
Sumber :
  • http://ayoberbisnis99.blogspot.com/

VIVA.co.id – Dalam rangka meningkatkan jumlah nilai ekspor Indonesia tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan melakukan diversifikasi pasar tujuan ekspor dan diversifikasi produk.

Ada Konflik di Timur Tengah, Bos BI Pede Ekonomi RI Tetap Kuat

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, selama ini Indonesia selalu menyasar pasar tradisional untuk ekspor, seperti Amerika Serikat, China, dan Jepang. Sehingga, untuk meningkatkan nilai ekspor, sangat diperlukan untuk memperluas negara tujuan ekspor.

Pasar non tradisional tujuan ekspor yang saat ini menjadi fokus pemerintah, di antaranya adalah Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika. "Kita harus mencari pasar baru, selain tetap memperkuat pasar konservatif," ujar Enggar dalam acara Trade Expo Indonesia (TEI 2016) di JIExpo pada 12 Oktober 2016.

Bea Cukai Lakukan Uji Coba Modul Vehicle Declaration dalam Sistem CEISA 4.0

Sejalan dengan yang diungkapkan Enggar, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani mengatakan, produk Indonesia masih potensial dan menarik bagi pasar ekspor non tradisional Indonesia.

"Seperti Afrika, Paraguay, Uruguay, Chili. Pasar-pasar baru ini dari segi value (nilai ekspor) masih rendah, masih bisa kita gali terus," ujarnya.

Kemenkeu Monitor Dampak Konflik Israel-Iran ke Ekspor RI

Sehingga, menurutnya, target Kadin untuk mencapai ekspor sampai 500 persen bukan hal yang mustahil dengan kunci optimis, kreatif, dan kompetitif. "Bukan karena mengejar angka, tetapi menjadi pendorong untuk mencapai peningkatan yang signifikan untuk ekspor Indonesia," ungkapnya.

Kemudian, Enggar melanjutkan, pemerintah sedang mendorong untuk melakukan diversifikasi produk ekspor untuk mengimbangi ekspansi negara tujuan ekspor.

Hal tersebut, karena, pertama untuk menjaga kondusifitas iklim ekonomi Indonesia, tidak bergantung pada satu produk komoditas ekspor. Sehingga, jika produk komoditas tersebut bermasalah, pendapatan, atau ekonomi negara tidak terlalu berdampak.

Ia mencontohkan, Indonesia pernah bergantung pada batu bara, migas. Ketika produk tersebut bermasalah, ekonomi negara pun terguncang. "Presiden meminta untuk berhati-hati, jangan kita bergantung pada CPO (Crude Palm Oil/minyak sawit mentah), kertas. Tetapi, diversifikasi terhadap berbagai produk kita," paparnya.

Kedua, untuk menyesuaikan kebutuhan pasar baru yang akan disasar Indonesia. "Jad,i kita ada dua diversifikas, yaitu diversifikasi terhadap pasar dan diversifikasi terhadap produk sebagai strategi untuk bertahan dan meningkatkan daya saing global," ungkapnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya